Mataram (NTBSatu) – Anak laki-laki sekitar usia 10 tahun ditinggalkan pamannya di depan Polresta Mataram pada Kamis, 10 April 2025 siang.
Kasubnit II Idik IV Sat Reskrim Polresta Mataram, Iptu Putu Yulianingsih membenarkan kejadian itu dengan menjelaskan kronologi masalah.
Kejadiannya berawal dari sering terjadinya cekcok antara paman dan nenek korban. Memuncaknya cekcok terjadi ketika anak 10 tahun ini sedang sakit, akan tetapi ingin latihan futsal.
Istri dari pamannya juga melarang karena kondisinya tidak sehat. Namun, sang nenek membela karena tujuannya untuk olahraga.
“Kalau bibinya bilang tidak usah. Neneknya bilang biarkan saja, namanya juga mau olahraga,” jelas Yulianingsih, hari ini.
“Setiap anak ini dilarang, neneknya pasti membolehkan,” tambahnya.
Emosi paman dari anak 10 tahun ini memuncak, hingga membanting handphone dan beberapa peralatan rumah yang ada di sekitarnya.
Sang nenek langsung berteriak dengan memaki menggunakan kata-kata kotor kepada paman yang merupakan anaknya sendiri.
Polisi meminta keterangan paman inisial H ini dan ia mengakui perbuatannya salah. Namun, tidak pernah melakukan kekerasan terhadap nenek atau ibunya sendiri.
“Saya salah bu, saya mengaku salah,” ucapnya Yulianingsih sambil mengingat kembali keterangan paman anak 10 tahun itu.
Tujuannya menurunkan anak itu di depan Polres, lanjut Yulianingsih, supaya dapat menjadi saksi pertengkarannya dengan si nenek. Tidak ada maksud lain.
“Sebenarnya, pamannya sangat sayang terhadap anak ini. Namun, ia memikirkan kondisi istri dan bayinya takut terganggu asi dan mentalnya karena baru melahirkan dua bulan lalu,” ungkapnya.
Polisi pun melakukan mediasi dan akhirnya sang anak dikembalikan kepada bapak kandung dan ibu sambungnya. Sebab, jika masih tinggal di tempat pamannya, khawatirnya akan kembali cekcok antara paman dan neneknya.
Adapun alasan ibu sambungnya menitipkan anaknya kepada pamannya karena sibuk bekerja. Sementara bapak kandungnya berada di Jakarta.
“Ibu sambungnya takut tidak bisa memberikan kasih sayang,” tutupnya. (*)