Daerah NTBEkonomi BisnisLombok TimurPariwisata

Penenun Lombok Butuh Program Penanaman Kapas

Lombok Timur (NTBSatu) – Nama tenun Sasak atau tenun Lombok kini sudah semakin melejit. Bukan hanya terkenal secara nasional, melainkan sudah banyak menjadi kegemaran masyarakat dunia.

Hal itu pun diungkapkan Tokoh Budaya Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur, Sareh Erwin. Ia mengungkapkan, berkat tingginya prospek pasar tenun Sasak, ia kini sudah punya cabang art shop di Pulau Bali.

Tidak hanya itu, sejumlah gerai tenun Sasak di Australia dan Eropa.

“Kita sudah punya cabang di Eropa dan tiga cabang di Australia. Tetapi yang terbesar gerai kita yang di Bali,” kara Erwin saat ditemui dalam Konferensi Pers Alunan Budaya Desa Pringgasela Ke-8, Senin, 8 Juli 2024.

Di tengah tingginya prospek pasar, ungkap Erwin, namun tenun Sasak kini menghadapi tantangan serius. Yaitu minimnya suplai bahan baku pembuatan tenun dari dalam daerah. Yakni benang katun yang terbuat dari serat kapas.

Ia pun berharap agar pemerintah dapat membuat program penanaman kapas, seperti halnya Lombok di masa lalu.

“Masyarakat kita sekarang sangat mengharapkan agar pemerintah bisa membuat program penanaman kapas kembali,” ucap Erwin.

Selain dapat memenuhi kebutuhan penenun daerah, program itu juga menurutnya dapat menjamin kemurnian kandungan katun dalam kain tenun Sasak.

Pasalnya, ungkap Erwin, benang katun Sasak saat ini berasal dari daerah lain. Kandungannya pun tidak seratus persen katun.

“Suplai benang kita sekarang ini dari Surabaya. Itupun komposisi katunnya hanya 65 persen, sisanya adalah rayon,” ungkapnya.

Erwin menjelaskan, dengan kemajuan tenun Sasak saat ini, produksi serat kapas yang melimpah pun akan tetap terserap oleh penenun lokal.

“Kalaupun pemerintah bisa menghasilkan 6 kontainer per bulan, pasti bisa kita serap, karena kita sudah tau arahnya,” imbuhnya.

Regenerasi Penenun Terus Bertambah

Selain itu, di Kecamatan Pringgasela sendiri, Erwin menyebut regenerasi penenun semakin bertambah di tengah rutinnya penyelenggaraan festival tenun bertaraf akbar. Artinya, prospek tenun ke depannya masih sangat menjanjikan.

Ia pun menegaskan, menenun sebagai tradisi warisan nenek moyang sekaligus menjadi identitas masyarakat Sasak harus terus terjaga dan turun ke tiap generasi.

“Alhamdulillah regenerasi penenun kita di Pringgasela semakin bertambah. Karena memang sudah kita ajarkan sejak mereka dini,” tutupnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button