BERITA LOKALDaerah NTBHEADLINE NEWSHukrimLombok Barat

Klarifikasi Ponpes Al Aziziyah: Kaget Santriwati Kritis, Pemeriksaan CCTV tak ada Penganiayaan

Mataram (NTBSatu) – Pondok pesantren atau Ponpes Al Aziziyah, Gunungsari, Lombok Barat buka suara terkait dugaan penganiayaan hingga terhadap santriwati inisial NI.

Kuasa hukum Ponpes Al Aziziyah, Herman Sorenggana mengatakan, pihak pondok terkejut dengan kondisi NI. Mereka tidak mengetahui apa latar belakang dari tuduhan yang menyebut jika santriwati itu korban penganiayaan.

Padahal, hingga saat ini pihak dokter RSUD Soedjono Selong, Lombok Timur belum memberikan kesimpulan. Apakah penyebab luka tersebut karena penganiayaan atau bukan.

“Kami masih menunggu. Kamu juga ingin tahu apa penyebab santri mendapatkan perawatan serius dari rumah sakit,” kata Herman kepada wartawan di Ruang TGH. Musthofa Center, Ponpes Al Aziziyah, Kamis, 27 Juni 2024.

Pihak ponpes telah mengecek rekaman CCTV sejak 12 hingga 14 Juni 2024.

Hasilnya, tidak ada kejadian perkelahian atau penganiayaan yang menimpa korban.

Pada Jumat, 14 Juni 2024 sore, wali santri yang diwakili pamannya menjemput NI setelah pihak pondok memberitahukan keluarga jika yang bersangkutan dalam keadaan sakit. Korban waktu itu memang memiliki bisul dan di sekitar wajahnya mengalami pembengkakan.

“Selama beberapa hari, 12-14 Juni (korban) dirawat oleh petugas kesehatan,” jelas Herman.

Yang membingungkan, santriwati kelas satu MTS itu tiba-tiba mendapat perawatan serius dari rumah sakit setelah balik dari Ponpes. Sedangkan saat pengurus pondok melihat dari rekaman CCTV, kondisi santri usia 13 tahun itu masih bisa berjalan ketika pihak keluarga menjemputnya.

Itu sebabnya, sambung Herman, pengurus pondok masih menunggu bagaimana hasil pemeriksaan dokter RSUD Soedjono Selong. “Kami ingin tahu apa penyebab pendarahannya,” kata dia.

Apakah karena penyakit atau benda tumpul. Jika memang terkena benda tumpul, benarkah NI menjadi korban pemukulan atau penganiayaan?. Dan jika benar demikian, siapa orang yang memukulnya?.

Beberapa orang sudah pengurus pondok tanyakan. Termasuk teman sekamar NI, teman sekolah, pengasuh hingga ibu dapur. Pengurus mencari tahu apakah memang terjadi perkelahian atau kejadian lain yang berujung pada luka di tubuh NI.

“Dari mereka menyebut tidak ada perkelahian. Apalagi menggunakan balok, bambu atau sajadah,” ungkapnya.

Tidak ada balok dan bambu di sekitar lokasi

Menurut Herman, pun terjadi penganiayaan menggunakan benda tumpul, seperti balok atau bambu terhadap korban, pihak pengawas pasti mengetahuinya.

Apalagi, pengawasan sangat ketat. Setiap blok memiliki masing-masing pengawas. Setelah melakukan pengecekan, pihak ponpes tidak menemukan balok dan bambu di sekitar lokasi. Yang ada hanya sajadah.

Begitu juga di luar kamar. Hasil pemeriksaan pihak ponpes kepada rekan sekamar dan sekolah NI, mereka menyebut tidak ada keributan.

“Kalaupun ada, polisi bisa mencari. Kami juga mau tahu, supaya tidak ada salah sangka dan tuduhan kepada pondok,” ujarnya.

Herman mengaku, pihak ponpes pernah memeriksa kesehatan santriwati asal Ende, Nusa Tenggara Timur itu di klinik pondok pesantren.

Hasil diagnosanya, NI mengalami demam dan bengkak di bawah matanya. Tidak ada yang lain. Tenaga kesehatan pun sudah memberikan obat sesuai kondisinya.

Herman berharap, korban segera sembuh dari penyakitnya dan bisa berkumpul di asrama melanjutkan menimba ilmu. “Kalau ada dugaan, mari tabayun. Karena pondok membuka diri kepada siapapun,” tutupnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button