Kisah

Tangis Para Lansia di Panti Jompo Setiap Idulfitri, Bangun Tidur Ingat Anak-anaknya, Ingin Pulang tak Diterima Keluarga 

Mataram (NTBSatu) – Mayoritas umat Muslim kerap kali merayakan Idulfitri dengan berkumpul bersama keluarga. Sebab, umat Muslim mempercayai bahwa Idulfitri menjadi momentum menyucikan pikiran dan perasaan serta saling memaafkan, terutama pada keluarga. 

Sehingga, mayoritas umat Muslim sangat menunggu momen Idulfitri, seringkali dengan perasaan riang gembira setelah sebulan berpuasa.

Namun, tidak semua umat Muslim dipenuhi perasaan riang dan gembira kala Idulfitri tiba. Ada saatnya Idulfitri menjadi momentum yang penuh haru dan menyayat-nyanyat perasaan. Salah satu golongan yang mengalami momen penuh haru saat Idulfitri ialah orang-orang lanjut usia.

“Salah satu momen paling mengharukan ialah ketika para lansia masih mengingat keluarga mereka masing-masing, tapi tidak ada yang bersedia mengunjungi mereka. Sementara, untuk pulang pun, para lansia itu tidak bisa,” ungkap Kepala Pusat Pelayanan Lanjut Usia Mandalika Dinas Sosial NTB, Dina Nurlaily Aprianida saat ditemui di kantornya, Senin, 1 April 2024.

Dengan suara yang agak lirih dan mata yang nyaris berkaca-kaca, Dina menceritakan momentum lain yang penuh haru, yaitu saat para lansia mengingat-ingat anak-anak mereka yang sudah lama tidak berjumpa. 

Tangis haru tak terelakkan saat sukarelawan Orang Muda Ganjar sedang mendengarkan cerita dari salah satu lansia di Panti Wredha Semarang. (Sumber: Net)

Menurut cerita Dina, para lansia terbangun dari tidur pada malam hari kemudian memanggil-manggil nama anak-anak mereka.  

Tentu, Dina dan setiap petugas mengharapkan agar para lansia bisa pulang dan bertemu dengan segenap keluarga. Akan tetapi, terkadang situasi tak berpihak. Sebagian keluarga tak bisa menerima para lansia yang ingin pulang pada perayaan Idulfitri. Tidak ada pilihan, maka Dina dan setiap petugas tetap merayakan Idulfitri bersama-sama lansia lain yang memang tidak memiliki keluarga sama sekali.

“Kami tetap merayakan Idulfitri dengan melaksanakan Salat Ied, membelikan pakaian baru, dan memasak makanan yang istimewa untuk para lansia. Kami sangat berusaha untuk menghadirkan pengalaman yang mirip seperti di rumah mereka masing-masing, terlebih saat masih berkumpul bersama keluarga,” terang Dina.

Berita Terkini:

Meskipun sering mendapat respons yang tidak mengenakkan, Dina selalu berusaha untuk menghubungi pihak keluarga dari para lansia. Namun, keterbatasan ekonomi dan jarak lokasi yang jauh, membuat pihak keluarga tidak dapat mengunjungi para lansia.

Kendati demikian, apabila seorang lansia memang masih memiliki keluarga dan diterima untuk pulang, Dina dan setiap petugas akan menghantarkan para lansia untuk pulang ke rumah mereka masing-masing. Dina menghantar mereka pulang sejak seminggu sebelum Idulfitri. Para lansia akan kembali seminggu setelah Idulfitri.

“Apabila keluarga masih merasa berat untuk menampung para lansia selama dua minggu, kami akan menyesuaikan dengan kesanggupan pihak keluarga. Kami juga menerima jika keluarga hanya ingin berkunjung saat Idulfitri,” jelas Dina.

Selama Ramadan, para lansia lebih banyak menghabiskan waktu untuk beribadah di masjid, terutama bertadarus dan mengikuti pengajian. Ada pula berbagai jenis masyarakat yang mengajak para lansia untuk berbuka bersama.

Sampai saat ini, Pusat Pelayanan Lanjut Usia Mandalika Dinas Sosial NTB menampung sebanyak 80 orang lansia. Para lansia terbagi menjadi tiga kategori, mandiri, setengah mandiri, dan tidak mandiri. Kategori lansia sesuai dengan kondisi mereka masing-masing. Lansia yang tidak mandiri berjumlah 17 orang. Kemudian, sisanya terdiri atas kategori setengah mandiri dan mandiri, yaitu para lansia yang masih bisa mengurus hidupnya sendiri.

Selepas menjelaskan soal jumlah dan kategori lansia, Dina menyampaikan sebuah harapan. 
Ia mengharapkan berbagai pihak bersedia mengunjungi para lansia, baik keluarga, organisasi berbasis masyarakat, ataupun golongan-golongan lain. Dina mengharapkan kunjungan lantaran para lansia merasa sangat senang bila dikunjungi.

“Kunjungan-kunjungan itu membuat para lansia tidak merasakan kesepian. Pengunjung tidak perlu berpikir mesti membawa sesuatu bila hendak berkunjung. Bagi para lansia, kunjungan saja sudah cukup berarti untuk hidup mereka yang terlalu penuh dengan kekosongan,” tandas Dina. (GSR)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button