Mataram (NTB Satu) – Mempertahankan tradisi pada era saat ini boleh jadi hal yang sulit. Berbeda halnya dengan warga Lingkungan Karang Genteng, Kelurahan Pagutan Kota Mataram, berupaya mempertahankan tradisi yang biasa dilaksanakan ketika Bulan Ramadan.
Tradisi Maleman. Ini merupakan tradisi yang dilaksanakan masyarakat secara turun temurun untuk menyambut malam Nuzulul Qur’an.
“Tradisi Maleman ini salah satu upaya mengingatkan bahwa adanya malam Lailatul Qadar, karena siapa saja umat Muslim yang beribadah di malam tersebut, nilainya akan lebih baik dari pada seribu bulan,” kata remaja masjid Karang Genteng, Haris Maulana, Jum’at 14 April 2023.
Sejak dahulu, para wali atau pemuka agama di Kota Mataram berupaya untuk mengingatkan warga akan tradisi Maleman, dan betapa pentingnya malam tersebut. Sejak saat itu, masyarakat pun menyemarakkan dan menyambut dengan suka cita malam itu melalui budaya Maleman.
Ia juga menjelaskan masyarakat mulai dari anak kecil hingga dewasa beramai-ramai menyalakan obor sebagai bentuk suka cita menyambut malam Lailatul Qadar, dengan mengelilingi kampung menyemarakan tradisi maleman tersebut.
“Ini juga salah satu syiar di Bulan Ramadan, yang biasanya dilakukan malam ke-21 atau tradisi setiap malam ganjil 10 terakhir bulan puasa,”jelasnya.
Kegiatan tahun ini lebih semarak karena diinisiasi oleh Remaja Mesjid Karang Genteng dan Gent Creative.
“Dengan harapan, di era Society 5.0 masyarakat lebih khusus anak muda tetap berkegiatan positif seperti ini harus dibudayakan,” ujarnya.
Lurah Pagutan Anuri, BA juga mengatakan, tradisi ini sudah berlangsung sejak lama di wilayahnya. Di semarakkan oleh warga sebagai bentuk keceriaan menyambut malam turunnya Alquran.
“Sudah sejak lama tradisi ini memang dirayakan warga kami, akan tetapi selalu diingatkan agar tradisinya tetap dilestarikan,” ungkapnya.
Tradisi ini dirayakan secara turun temurun oleh warga untuk memper tahankan nuansa religius di Pagutan, khususnya di Karang Genteng. (WIL)