Mataram (NTB Satu) – Wakil Bupati (Wabup) Lombok Utara, Danny Karter Febrianto merespons keluhan Ishaka, 50, warga Dusun Pangsor, Kecamatan Pemenang yang belum tersentuh bantuan rehab rekon. Kabar dari korban Ishaka, 50 tahun, langsung diteruskan ke Kepala BPBD setempat.
“Nanti saya komunikasi dengan kepala BPBD terkait data beliau. Memastikan sudah masuk di dokumen R3P,” sebut Wabup saat dikonfirmasi ntbsatu.com, Selasa 13 September 2022.
Dokumen R3P adalah Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana, merupakan database korban bencana yang diserahkan Pemda setempat kepada pemerintah pusat melalui BNPB. Selanjutnya, data itu jadi dasar memproses untuk diusulkan sebagai penerima bantuan lewat beberapa mekanisme.
Sesuai data R3P tahun 2018, pemerintah pusat menyalurkan anggaran Rp985 Miliar atau hampir Rp1 triliun ke korban gempa Lombok. Dari anggaran sebanyak itu, tak ada yang sampai ke Ishaka dan keluarganya. Pada masa perpanjangan rehab rekon Agustus 2021, Pemerintah pusat menggelontorkan anggaran Rp117 miliar, dialokasikan untuk 6.595 KK, tidak ada nama Ishaka di dalamnya.
Selain soal R3P, Wabup ditanya terkait rencana berkunjung ke rumah korban, belum bisa memastikan. “InshaAllah,” jawabnya singkat.
Kepala BPBD KLU, Zaldi Rahadian sebelumnya menjelaskan, Ishaka segera akan diusulkan dalam R3P. Ia beralasan, bantuan tak sampai menyentuh korban karena banyak rumah lainnya yang rusak dan diurus.
“Bukan hanya terkait perumahan, akan tetapi juga fasilitas pendidikan, sosial dan infrastrukstur lainnya yang rusak akibat gempa 2018. Kalau hanya sendiri, mungkin kalimat itu patut disampaikan,” kata Zaldi.
Diberitakan sebelumnya, keluhan itu datang dari Ishaka, 52 tahun, warga RT 01 Dusun Karang Pansor Desa Pemenang Barat Kecamatan Pemenang.
Dari puluhan rumah yang terdampak di RT 01, Ishaka mengaku satu satunya yang belum tersentuh bantuan.
Sebelum rusak, rumah Siti Huwaida empat kamar dengan konstruksi beton. Setelah diguncang gempa, rumahnya rusak berat dan nyaris roboh. Suami Siti, Ishaka, berinisiatif merobohkan. Dia khawatir bangunan roboh dan mencelakai keluarganya.
“Saya robohkan sendiri. Kan takut saya pak, ada apa apa sama keluarga saya. Apalagi temboknya sudah rusak. Gempa susulan terus terusan,” kata Ishaka.
Ishaka dan istrinya Siti heran, hanya rumah mereka yang luput dari bantuan proyek rehab rekon dari BNPB, padahal verifikasi berulangkali dilakukan. Kartu Keluarga (KK) dan KTP sampai tiga kali diserahkan ke petugas pendata diikuti dengan verifikasi kondisi fisik bangunan.
Ishaka masih menyimpan dokumentasi kondisi rumahnya setelah terjadi gempa dan sebelum dirobohkan sebagai bukti jika dilakukan cek fisik.
Berkali kali verifikasi dan perbaikan, belum juga bantuan turun sampai lima tahun gempa berlalu.
Ishaka dan keluarganya saat ini tinggal sementara di satu kamar yang selamat dari guncangan gempa. Kamar tersebut terpaksa dipakai tidur dia dan istrinya serta dua anaknya. Jika hujan lebat, air meluber masuk ke dalam kamar.
Ia sangat berharap bantuan rehab rekon segera turun, karena tetangganya yang lain rumahnya sudah berdiri berkat bantuan dana tersebut.
Ishaka tidak berdaya untuk membangun sendiri rumahnya.
Pekerjaan sebagai butuh panggul di Dermaga Bangsal dengan penghasilan rata rata 50.000 per hari jika ramai, hanya cukup untuk kebutuhan sehari hari. (HAK)