ADVERTORIAL

Kado Kemerdekaan dari Ujung Sumbawa, Sistem Transmisi Bima-Sape Beroperasi Penuh

Mataram (NTB Satu) Tanggal 17 Agustus 2022, bertepatan dengan perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 77, PLN berhasil melakukan energize dan pengoperasian secara penuh jalur saluran udara tegangan tinggi (SUTT) 150 kV Bima – Sape dan gardu induk (GI) 70 kV Sape yang berkapasitas 20 mega volt ampere (MVA).

SUTT 150 kV Bima – Sape memiliki panjang 62,82 kilo meter sirkit (KMS) dengan 91 jumlah tapak tower, melintasi 4 kecamatan, dan 13 kelurahan/desa, tersambung dari Gardu Induk (GI) Bima di Desa Rabadompu Barat, Kecamatan Raba, Kota Bima menuju Gardu Induk Sape di Desa Parangina, Kecamatan Sape, Kabupaten Bima.

General Manager PLN Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara, Wahidin menyampaikan keberhasilan yang diraih pada hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia tersebut kedepan mampu menghadirkan kualitas layanan kelistrikan yang tentunya makin efisien, andal dan berkualitas.

“Sebuah kado kemerdekaan dari ujung pulau Sumbawa yang menginspirasi makna perjuangan PLN untuk melistriki dan menghadirkan terang ke seluruh penjuru negeri, khususnya provinsi Nusa Tenggara Barat”, ucap Wahidin.

Operasi penuh sistem transmisi ini akan terinterkoneksi dengan sistem tol listrik Sumbawa sehingga menghubungkan ujung barat dan ujung timur pulau Sumbawa. Angka lebih dari 190 Milyar dikeluarkan oleh PLN Untuk meningkatkan keandalan sistem tersebut dimulai dari pembebasan lahan dan konstruksi proyek pembangunan infrastruktur kelistrikan itu sendiri.

“Keberhasilan ini merupakan wujud komitmen PLN untuk mendorong pertumbuhan investasi dan perkembangan ekonomi, terlebih lagi paska pandemi covid-19 dua tahun kebelakang. Ini tentunya menjadi pencetus semangat untuk sama-sama pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat” ujar Wahidin.

Sementara itu Sudjarwo, General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTB menuturkan suksesnya pengoperasian SUTT 150 kV Bima – Sape dan Gardu induk 70 kV Sape memberikan dampak yang signifikan pada sisi penyaluran tenaga listrik, hal ini akan meningkatkan keandalan sistem dan kontinuitas penyaluran energi.

“PLN akan memiliki potensi penghematan biaya pokok produksi dan biaya operasional mencapai Rp2,5 miliar per tahun karena beberapa pembangkit yang menggunakan solar bisa berhenti beroperasi. Sebuah angka yang signifikan dan sangat sejalan dengan semangat transformasi yang dilaksanakan PLN”ujar Sudjarwo

Tantangan yang dihadapi oleh PLN tidak hanya menyediakan layanan kelistrikan yang andal, tetapi PLN juga harus mampu merespon kebutuhan pelanggan dengan cepat dan memetakan potensi – potensi pertumbuhan beban khususnya di NTB.

Ia juga mengantisipasi kebutuhan beban di Pulau Sumbawa terutama dari aktifitas rencana pengembangan tambang emas yang direncanakan operasionalnya nanti menggunakan listrik dari PLN.

“Kami harus menyediakan listrik yang andal, menyala 24 jam penuh dengan kualitas yang baik untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, investasi pariwisata dan dunia industri tentunya”, tutup Sudjarwo.

Untuk diketahui, sampai dengan saat ini, rasio elektrifikasi provinsi Nusa Tenggara Barat adalah sebesar 99,9 persen. Untuk sistem kelistrikan sumbawa sendiri memiliki daya mampu 159.530 kilo watt (kW) dan jumlah beban sebesar 111.820 kilo watt (kW) yang artinya terdapat daya cadangan sebesar 47.710 kilo watt (kW).(ABG)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button