Lombok Tengah

Curhat Keluarga PMI Korban Kapal Tenggelam Mengaku Ditipu Agen

Lombok Tengah (NTB Satu) – 30 Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal NTB korban kapal tenggelam di Perairan Pulau Putri, Batam pada Kamis, 16 Juni 2022 lalu berniat mencari peruntungan ke Malaysia demi memenuhi kebutuhan keluarga. Sayangnya, mereka tertipu agen dan berangkat ke Malaysia sebagai PMI ilegal. Keluarga mereka hanya bisa pasrah menanti kabar dari kejauhan.

Muhammad Rahim seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Dusun Mengiluk, Desa Batujai, Lombok Tengah merupakan salah satu dari 30 korban kapal tenggelam di Perairan Pulau Putri, Batam. Dari semua korban, baru 23 orang yang ditemukan, sedangkan Rahim dan 6 orang lainnya masih dalam proses pencarian.

Diketahui, Rahim dan seluruh korban lainnya merupakan PMI yang hendak masuk ke Malaysia secara ilegal. Bukan tanpa alasan, Rahim terpaksa berangkat ke Malaysia secara ilegal demi bisa memenuhi kebutuhan istri dan biaya sekolah satu orang anaknya. Saat di kampung halaman, penghasilan Rahim sebagai buruh tani belum cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

“Alasan ilegal karena tidak ada biaya, dan lama juga kita nunggu kalau resmi. Dia ke Malaysia untuk masa depan anak sama kebutuhan istri,” ungkap Fauziah, mewakili istri Rahim yang belum bisa memberikan keterangan, karena masih dalam keadaan sedih, saat ditemui NTB Satu, Sabtu, 18 Juni 2022.

Berdasarkan keterangan Fauziah, Rahim tidak seorang diri berangkat dari Dusun Mengiluk, melainkan ada tiga orang lagi yang merupakan korban selamat dan masih satu keluarga dengannya yaitu Arum, Amat, dan Zohir Abbas. Di antara mereka, hanya Zohir yang baru pertama kali ini pergi ke Malaysia dan masih bujangan.

Menurut keterangan ayah dari Zohir, Amaq Lahir yang juga kakak kandung Rahim, anaknya pergi ke Malaysia karena ingin menafkahi orang tuanya yang sudah lanjut usia. Selain itu, ia ingin membeli tanah dan rumah sebagai tabungan masa depan.

“Dia mau beli tanah sama rumah supaya nanti tidak susah, itu katanya,” ujar Amaq Lahir saat ditemui NTB Satu di kediaman sederhananya.

Tidak lama setelah kejadian, ungkap istri Amat, petugas yang mengevakuasi suaminya sempat menelepon. Dalam sambungan itu, Amat mengaku sedang berada di rumah sakit karena mengalami sakit ringan di bagian dada, tanpa meyebutkan kapal jenis speed boat yang mereka tumpangi tenggelam.

“Mereka sempat telepon, katanya lagi sakit dada terus ditemani di rumah sakit sama Zohri. Mereka tidak cerita kalau kecelakaan, mungkin mereka tidak mau kita cemas. Kita tahunya mereka kecelakan dari wartawan yang datang kemarin setelah salat Jumat. Pas dikasih tahu, semua kita kaget nangis,” ucap istri Amat haru.

Saat empat korban ini masih di rumah dan membicarakan soal keberangkatan dengan agen, pihak keluarga mengaku sempat mendengar bahwa kapal yang akan membawa mereka menyeberang ke Malaysia berisikan 15 orang, namun perkataan itu tidak lagi sama saat di lapangan.

“Kata agennya, isi kapalnya 15 orang, tapi ternyata pas berangkat 30 orang. Sampai sekarang agen itu belum datang, ditelepon juga tidak bisa, mungkin takut,” kesal istri Amat.

Di hari ketiga proses pencarian ini, Jumisah istri Rahim beserta anggota keluarga lainnya mengaku ikhlas atas apa yang menimpa Rahim saat ini.

“Kami sudah Ikhlas, kalau masih hidup alhamdulillah, tapi kalau meninggal kami harap jasadnya dibawa pulang ke kami,” tutup Fauziah. (RZK)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button