Daerah NTB

Pembalakan Liar di NTB Langgeng, Jaringan Mafia Internasional Disebut Penyebabnya

Mataram (NTB Satu) – Kasus pembalakan liar atau Illegal Logging di hutan NTB masih marak terjadi. Baru-baru ini, penebangan liar ditemukan di hutan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah oleh Kesatuan Pengelolaan Hutan Pelangan Tastura, dengan barang bukti 8 tonggak kayu sonokeling dengan keliling pohon 30 – 45 cm.

Menurut Kepala Bidang Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB, Mursal S.P., M.Si., luasnya jaringan mafia penebangan liar yang berskala internasional merupakan salah satu penyebab kejahatan tersebut sulit dibasmi.

IKLAN

“Itu jaringannya internasional. Sering kali yang membiayai dari luar negeri, di sini hanya eksekusi. Nanti kayunya diekspor dengan harga berkali lipat per meter kubiknya,” ujar Mursal.

Selain itu, oknum internal pemerintahan yang nakal juga ikut andil dalam menghambat pembasmian kejahatan alam itu. Mursal mengaku telah memecat setidaknya 40 orang rekan satu instansinya karena diduga ikut bermain dalam bisnis terlarang tersebut.

“Yang bahaya juga ‘duri dalam daging,’ itu sering kami temukan juga. Beberapa bulan lalu kita temukan ada dari pihak kami, ada yang kami pecat bahkan penjarakan,” imbuh Mursal.

Lebih lanjut, ia mengakui sulit untuk melacak saat terjadinya penebangan liar. Karena rasio polisi atau penjaga hutan di NTB tidak ideal dengan jumlah hutan yang dijaganya.

IKLAN

“Perkiraannya itu, jika luas hutannya itu seperti luas Kota Mataram dari ujung Ampenan sampai ujung Cakranegara, itu yang jaga cuma satu orang. Bagaimana kita bisa dengar suara mesin potong?” katanya.

Tidak bisa dipungkiri, anggaran yang minim pun bisa menjadi hulu dari sulitnya menanggulangi berbagai masalah, baik dari sarana yang tidak memadai sampai etos kerja yang tidak baik. Diketahui, anggaran untuk perlindungan hutan di NTB sebelunya senilai Rp400 juta dalam setahun, namun anggaran itu disunat menjadi sekitar Rp250 juta karena adanya pemfokusan ulang anggaran oleh pemerintah.

Walau begitu, Mursal mengaku akan terus berupaya dan berinovasi dalam melakukan perlingan hutan. Salah satu inovasi yang paling menarik adalah, pada kawasan rawan penebangan liar akan dipasangi gawai pendeteksi suara mesin.

“Nanti di kawasan yang rawan itu akan kami pasang alat seperti HP yang bisa mendeteksi suara mesin potong. Apabila dia dengar ada suara mesin maka alat itu secara otomatis akan menelepon ke kontak petugas dan memberikan titik koordinat,” pungkasnya.

Adapun jenis pohon yang sering menjadi target pembalakan liar di NTB adalah sonokeling, rajumas, kayu merah, beringin, kemiri, dan lain-lain. (RZK)

IKLAN

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button