Kota Bima (NTBSatu) – Aktivitas pendakian Gunung Pundu Nence Kota Bima, tetap akan dibuka selama libur lebaran 2024 atau Idul Fitri 1445 Hijriah.
“Pendakian tetap dibuka dan tidak pernah tutup karena tidak memiliki potensi kecelakaan tingkat tinggi, sehingga tidak ada keputusan dari pihak pengelola atau Pokdarwis melakukan penutupan pendakian,” kata Kabid Destinasi Pokdarwis Lela Mase, Awan, dikonfirmasi NTBSatu, Senin, 25 Maret 2024.
Dilihat dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, jumlah pendaki yang melakukan pendakian saat libur lebaran seperti ini jauh berkurang dibandingkan peringatan hari besar lainnya. Misalnya saat 17 Agustus atau hari pergantian tahun.
“Kalau saat libur lebaran gini sedikit yang mendaki, ramainya itu sebelum mulai puasa, itu pasti di minggu-minggu terakhir menuju puasa itu pasti ramai dia,” ungkapnya.
Awan menyampaikan, destinasi Pundu Nence saat ini menjadi salah satu prioritas yang dikunjungi masyarakat.
Karenanya, oleh Pemkot Bima melalui Dinas pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Bima, telah membangun beberapa fasilitas seperti Gapura dan Pos registrasi.
Berita Terkini:
- Dewan Sayangkan Silang Informasi Pansel Bank NTB Syariah
- Interpelasi DAK 2024: Jalan Terjal Fraksi Pengusul, Tanda Tanya Publik untuk Kubu Penolak
- Lima Siswa SD di Lombok Tengah Diduga Keracunan MBG
- Sesalkan Pernyataan Prof. Asikin, Maman: Audit Investigasi Dulu, Jangan Langsung Bicara Pansel
- Dibantai 6-0 di Liga 4 Nasional, Persidom Dompu Diolok-olok Netizen
“Untuk biaya registrasinya hanya Rp5.000 per orang,” ujarnya.
Agar mencapai puncak Gunung Pundu Nence, lanjut Awan, ada beberapa jalur yang bisa dilewati. Namun sekarang yang sering dilewati oleh para pendaki hanya satu, yaitu jalur utama di Lela Masa.
“Sebenarnya jalur ada beberapa, bisa dari Kabanta, ada juga dari Wawo tembus Punce. Hanya saja jalur itu belum terjamak atau belum banyak yang lewati oleh para pendaki,” jelas Awan.
Pundu Nence sendiri, kata Awan, memiliki daya tarik yang tak kalah dari pegunungan lainnya.
Yang paling unik adalah ada benda peninggalan sejarah berupa Meriam di pegunungan tersebut.
“Kalau pemandangan di atas sama saja dengan bukit-bukit yang lain. Kita bisa melihat secara utuh wilayah Kota dan Kabupaten Bima,” pungkasnya. (MYM)