Mataram (NTB Satu) – Tim Investigasi Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) NTB dan Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) mengeluarkan hasil risetnya yang menyatakan bahwa terdapat kandungan mikroplastik di sejumlah sungai di Kota Mataram. Hal itu kemudian membuat masyarakat resah.
Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalillah M.Pd., mengatakan, penemuan mikroplastik di beberapa sungai di Kota Mataram akan menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi seluruh elemen masyarakat. Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB menyikapi hal tersebut dengan program NTB Bersih. Menurut Rohmi, membersihkan seluruh sampah di NTB tidak semudah membalikkan telapak tangan, namun dibutuhkan waktu yang lama.
“Namun, terlepas dari semua itu, progress tata kelola sampah di NTB mulai membaik. Hal tersebut dilihat dari makin banyaknya masyarakat dan civitas akademika yang peduli akan tata kelola sampah di NTB. Bahkan, proses hilirisasi sampah di pabrik RDF akan melakukan komisioning yang dijadwalkan terlaksana pada Maret 2023 mendatang,” ujar Rohmi di Mataram, usai memberi sambutan di acara Workshop Mikroplastik di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) NTB, Rabu, 11 Januari 2023.
Walaupun terdapat kadar mikroplastik di sungai-sungai di Kota Mataram, Rohmi tetap mendukung proses daur ulang sampah. Pemprov NTB merencanakan agar setiap desa di NTB memiliki Bank Sampah yang akan dikaitkan dengan posyandu. Permasalahan sampah akan dikeroyok bersama agar mengurangi penggunaan sampah plastik sekali pakai dan lain-lain.
“Setiap pihak harus saling mengingatkan satu sama lain. Tata kelola sampah harus dimulai dari sendiri. Jangan pernah saling menyalahkan satu sama lain lagi,” tekan Rohmi.
Untuk menangani permasalahan ditemukannya kadar mikroplastik di sungai, Pemprov NTB akan menggandeng Pemda yang memiliki sungai supaya ditangani bersama-sama. Apabila sampah masuk ke laut, itu akan mengganggu kesehatan kolektif masyarakat.
Pemprov NTB juga akan mendorong para produsen untuk bertanggungjawab atas produk-produk mereka yang membuat lingkungan tercemar. Plastik-plastik bekas wadah suatu produk,harus diambil kembali untuk kemudian dilakukan proses recycle. Gerakan pengelolaan sampah harus dimulai dari rumah sehingga pemerintah kota dan kabupaten ikut konsentrasi menangani permasalahan tersebut.
Kepada seluruh masyarakat NTB, Rohmi menyatakan, sampah adalah tanggungjawab bersama. Pengelolaan sampah harus dimulai dari diri sendiri, hal-hal kecil pun perlu terus dilakukan. Rohmi tidak memperkenankan agar masyarakat terus-menerus menyalahkan satu sama lain.
“Kurangi penggunaan plastik sekali pakai. Masyarakat harus sadar penggunaan sampah sekali pakai. Itu adalah hal-hal kecil yang dapat dilakukan serta dapat memberikan manfaat bagi generasi di masa depan.” pungkas Rohmi. (GSR)