Bupati Masinton Pastikan Ribuan Kayu Gelondongan Terbawa Banjir di Tapteng Hasil Illegal Logging
Mataram (NTBSatu) – Bupati Tapanuli Tengah (Tapteng), Masinton Pasaribu memastikan, ribuan kayu gelondongan yang terbawa arus banjir di daerahnya berasal dari praktik illegal logging.
Penjelasan Masinton terekam dalam percakapannya dengan rekan satu partai, Rieke Diah Pitaloka yang tayang melalui akun TikTok @riekediahp_official.
“Saya pastikan illegal (logging),” tegas Masinton, mengutip TikTok @riekediahp_official, Senin, 1 Desember 2025.
Ia menyampaikan, pembabatan hutan berlangsung di kawasan perbukitan dan kayu-kayu hasil tebangan kemudian mengalir bersama arus banjir.
Ia juga menyebut, sejumlah lahan hutan berubah menjadi kebun sawit sehingga tutupan hutan semakin menyusut dan meningkatkan risiko bencana.
“Di pembabatan hutan di daerah perbukitan juga, kayu-kayu. Kayunya ditebangin, kemudian lahannya diganti tanaman sawit,” tambahnya.
Masinton menambahkan, pemerintah daerah mulai mengambil tindakan pada beberapa lokasi yang terindikasi melakukan penebangan liar.
Ia juga mendorong moratorium untuk menghentikan ekspansi kebun sawit di area perbukitan, agar kerusakan hutan tidak semakin meluas.
“Kemarin beberapa kita tindak. Dan sekarang sedang kita buatkan moratorium untuk penghentian tanaman sawit di kawasan perbukitan,” ujarnya.
Menurutnya, langkah itu menjadi upaya penting untuk memulihkan kondisi lingkungan di Tapteng dan wilayah sekitarnya.
Upaya Penertiban Hutan dan Kendala Pengawasan
Dalam keterangannya, Masinton menjelaskan, kerja sama pemerintah daerah dengan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara.
Masing-masing pihak berusaha memperkuat pengawasan hutan, tetapi tim di lapangan menghadapi keterbatasan personel serta akses yang sulit.
Kondisi itu membuat pengawasan berjalan tidak optimal, terutama saat cuaca ekstrem dan banjir besar melanda.
“Kami juga intens berkoordinasi sama Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara. Namun mereka juga mengalami kendala untuk mobilisasi personil dan lain sebagainya,” jelasnya.
Masinton juga memaparkan, kondisi darurat yang menimpa masyarakat Tapteng. Banjir besar merusak akses jalan, memutus jaringan listrik, serta menghambat distribusi bantuan.
Ia menyebut kebutuhan mendesak seperti akses internet, genset, logistik, pakaian, tenda, dan makanan belum tersalurkan secara penuh karena wilayah Tapteng terisolasi.
Masinton bahkan harus berjalan kaki sepanjang satu malam untuk menjangkau kawasan terdampak dan memastikan penanganan berlangsung maksimal.
“Kesulitan karena aksesnya semua terputus. Tapanuli Tengah terisolir sedang. Bahkan kami harus berjalan kaki. Saya satu malam berjalan kaki,” ucapnya.
Melalui penegasan tersebut, Masinton berharap penertiban hutan berjalan lebih kuat, sekaligus menghentikan praktik illegal logging yang merusak lingkungan dan memperparah bencana di Sumatra. (*)



