Senior Pecinta Alam di Bitung Tampar Anggota Baru saat Ospek, Warganet Sebut Tradisi Turun-temurun

Mataram (NTBSatu) – Video orientasi anggota baru Komunitas Pecinta Alam di Kota Bitung, Sulawesi Utara, memicu kontroversi di media sosial.
Tayangan tersebut memperlihatkan praktik kekerasan dalam proses ospek yang berlangsung akhir September lalu.
Akun TikTok @feedgramindo membagikan video tersebut hingga meraih ribuan tanda suka dan komentar dari warganet.
Video memperlihatkan sejumlah anggota baru yang berdiri tanpa mengenakan baju, hanya memakai topi atau slayer berwarna biru yang melingkar di leher mereka.
Dalam posisi itu, senior menarik satu per satu peserta yang berlutut, lalu menampar pipi mereka berulang kali. Tidak berhenti pada tamparan, tendangan ke arah dada juga mengenai tubuh anggota baru tersebut.
Kekerasan dalam proses pengenalan anggota baru itu menimbulkan luka di tubuh peserta. Rekaman yang tersebar luas tersebut memicu rasa marah dan kecewa publik.
Ribuan komentar muncul di media sosial, sebagian besar mengecam tindakan senior yang menggunakan kekerasan sebagai bagian dari tradisi organisasi.
Warganet Pertanyakan Relevansi
Banyak warganet mempertanyakan relevansi tindak kekerasan dengan tujuan pembinaan anggota baru. “Mau bertanya dengan sopan, itu tujuannya buat apa?. Coba kalau diganti posisinya, mereka terima enggak digituin,” tulis akun @mrgatsu83.
Kritik serupa juga muncul dari akun @srikandi_anabel yang berkomentar, “Maksudanya apa di tampar? Apa hubungannya dengan naik gunung itu pakai fisik kekuatan kaki”.
Sebagian besar netizen menganggap praktik perpeloncoan tersebut bukan hanya masalah kekerasan, melainkan sebuah tradisi turun-temurun yang terus berlanjut.
“Ini bisa terjadi seperti ini ya karena sudah tradisi turun temurun, karena mereka sendiri (senior) juga dulu dibeginikan juga sama senior-seniornya dulu. Makanya cara untuk menghentikan tradisi itu ya dengan cara menstop aktivitas ekstrakulikuler atau kegiatan tersebut. Atau bisa juga dikaji ulang semua aktivitasnya,” tegas akun @risolesoedas.
Kemarahan publik semakin besar setelah wajah para pelaku terlihat jelas dalam rekaman video. Warganet menilai bukti tersebut cukup kuat untuk membawa kasus ini ke ranah hukum.
Seorang warganet dengan akun @yoewang.quen menuliskan, “Videonya sudah jelas, muka pelaku dan korban juga sudah jelas, tinggal tunggu di tangkap polisi”.
Kecaman warganet terhadap video ospek Komunitas Pecinta Alam di Bitung menggambarkan keresahan masyarakat terhadap tradisi kekerasan yang terus berulang. (*)