Pariwisata

Imbas Kematian Juliana Marins, Gubernur NTB Evaluasi Tata Kelola Pendakian Gunung Rinjani

Mataram (NTBSatu) – Kematian pendaki asal Brasil, Juliana Marins yang terjatuh pada Sabtu, 21 Juni 2025 lalu, mengharuskan Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal mengevaluasi tata kelola pendakian Gunung Rinjani.

Salah satu fokus utama evaluasi ini adalah peninjauan terhadap Standar Operasional Prosedur (SOP) vertical rescue, beserta peralatan pendukungnya.

“Momentum ini harus dimanfaatkan untuk melakukan pembenahan menyeluruh terhadap sistem pendakian di Rinjani,” kata Iqbal saat menerima kunjungan Founder Consina di Ruang Kerja Gubernur, Kamis, 3 Juni 2025.

Iqbal mengatakan, pihaknya masih punya banyak waktu untuk melakukan pembenahan di Rinjani. Hal itu agar gunung bukan hanya bagus untuk pendakian, tetapi juga alamnya terawat dengan baik.

IKLAN

“Saya punya waktu beberapa tahun ke depan untuk membenahi. Sehingga at the end (akhirnya) nanti, Rinjani itu menjadi tempat yang safe (aman) untuk didaki. Tapi alamnya juga tetap terkonservasi dengan baik,” ujar Iqbal.

Mantan Duta Besar Indonesia untuk Turki ini mengungkapkan, rencana kerja sama dengan PT Amman dalam bentuk nota kesepahaman (MoU) terkait pemanfaatan helikopter untuk kebutuhan darurat, khususnya di kawasan Gunung Rinjani.

“Tapi penggunaan helikopter itu perlu pembahasan lebih lanjut. Mengingat unit yang dimiliki PT Amman tidak sepenuhnya didesain untuk keperluan evakuasi,” tuturnya.

IKLAN

Dalam kesempatan yang sama, Founder Consina, Disyon Toba mengusulkan adanya penyesuaian dalam branding pendakian Gunung Rinjani, dari trekking menjadi mountaineering.

Menurutnya, perubahan istilah ini penting agar wisatawan, terutama dari mancanegara dapat mempersiapkan diri secara lebih matang sebelum mendaki.

“Perbedaan pemahaman kata tersebut dapat berdampak besar terhadap keselamatan dan kesiapan pendaki,” katanya.

IKLAN

Sementara itu, Harry Suliztiarto menyarankan agar Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) memiliki tim evakuasi atau penyelamatan internal yang terlatih.

Ia menilai, selama ini tim SAR lebih berfungsi sebagai pendukung (back-up) dan memiliki beban tugas yang cukup banyak.

“Kami juga mengusulkan agar di beberapa jalur pendakian dipasang alat bantu keselamatan, seperti tali pengaman, untuk mempermudah dan melindungi para pendaki,” tegasnya.(*)

Berita Terkait

Back to top button