Mataram (NTBSatu) – Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Mataram turun ke Kelurahan Karang Bagu, Kelurahan Karang Taliwang, Kecamatan Cakranegara, salah satu wilayah pusat peredaran narkotika paling rawan di Nusa Tenggara Barat.
Kepala BNN Kota Mataram, Kombes Pol Yuanita Amelia Sari menjelaskan, penanganan di Karang Bagu memerlukan langkah nyata yang melibatkan seluruh elemen masyarakat. Terutama dalam mengubah pola pikir dan kebiasaan yang memicu peredaran barang haram ini.
“Kami tidak hanya memberikan penyuluhan, tetapi juga mendatangi masyarakat secara langsung. Kami berbicara dengan mereka, memahami masalahnya, dan memberikan solusi konkret, terutama kepada pemuda yang menjadi kelompok paling rentan,” kata Yuanita, Jumat, 24 Januari 2025.
Karang Bagu dan Realitas Peredaran Narkoba
Karang Bagu bukan hanya lokasi penyalahgunaan narkoba, tetapi juga titik transaksi aktif yang melibatkan banyak pihak.
Kondisi ini memperkuat stigma negatif terhadap wilayah tersebut sekaligus menjadi tantangan berat bagi aparat dan masyarakat untuk mengatasinya.
BNN menargetkan pendekatan langsung kepada warga sebagai strategi utama, bukan sekadar kegiatan seremonial yang berakhir tanpa hasil.
Rumah-rumah warga, terutama yang memiliki anggota keluarga berisiko, menjadi sasaran kunjungan untuk dialog yang mendalam.
Camat Cakranegara, Irfan Syafindra turut menekankan, upaya untuk memutus rantai peredaran narkoba tidak bisa dilakukan hanya oleh aparat.
“Kami melihat bahwa pemberdayaan komunitas lokal adalah kunci. Warga perlu merasa memiliki tanggung jawab atas lingkungannya sendiri. Jika ini terwujud, maka langkah-langkah pemberantasan narkoba akan lebih efektif,” ujarnya.
Pemberian akses rehabilitasi juga menjadi langkah penting yang terus didorong. Banyak pengguna narkoba di Karang Bagu terjebak dalam siklus penggunaan tanpa akses untuk pulih.
Menurut BNN, upaya ini hanya akan berhasil jika ada kerjasama erat antara aparat, keluarga, dan lingkungan.
Pendekatan Berulang dan Berkesinambungan
Program pemberantasan narkoba di Karang Bagu tidak berhenti pada satu atau dua kegiatan. Yuanita menegaskan bahwa penanganan ini bersifat jangka panjang dengan fokus berulang untuk menciptakan perubahan yang signifikan.
“Kami terus mengupayakan penyuluhan dan kegiatan positif di Karang Bagu, tetapi yang paling penting adalah membangun hubungan jangka panjang dengan masyarakat setempat. Perubahan tidak akan terjadi dengan cepat, tetapi dengan pendekatan yang konsisten, kami optimis hasilnya akan terlihat,” pungkasnya.
Melalui upaya yang terarah dan dukungan penuh dari berbagai pihak ini, Yuanita berharap Karang Bagu dapat berangsur-angsur keluar dari stigma zona merah narkoba.
“Masyarakat memegang peran utama dalam memastikan wilayah ini kembali menjadi lingkungan yang aman dan sehat,” pungkasnya. (*)