Oleh
Amilia Wulandari
Mahasiswa Prodi Sosiologi FHISIP Universitas Mataram
Pemulung, sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kota-kota besar di seluruh dunia, merupakan entitas sosial ekonomi yang menarik perhatian kita terhadap realitas kemiskinan yang kompleks. Mereka menjalankan tugas penting dalam sistem pengelolaan limbah. Namun di balik itu, mereka sering kali menghadapi kondisi kehidupan yang sulit dan terjebak dalam lingkaran kemiskinan.
Pemulung juga merupakan masyarakat yang bekerja dan mengumpulkan barang bekas untuk didaur ulang, dan dapat di hasil mejadi uang. Wurdjinem: 2001 menjelaskan hal tersebut, dimana Pemulung adalah suatu bentuk kegiatan mengumpulkan barang dari berbagai tempat pengelolaan limbah, yang masih sering digunakan untuk memulai proses konsultasi tempat produksi (daur ulang).
Kota Mataram, seperti banyak kota di Indonesia, memiliki populasi pemulung yang signifikan, diantaranya adalah lansia yang terpaksa menjalani pekerjaan ini sebagai satu-satunya sumber penghasilan. Dalam kondisi ekonomi yang sulit, pemulung lansia harus berjuang keras demi mencukupi kebutuhan hidup mereka.
Permasalahan yang dihadapi oleh para pemulung lansia di Kota Mataram menghadapi berbagai tantangan yang sangat kompleks dan multidimensional. Pertama-tama, usia lanjut mereka membuat mereka rentan terhadap berbagai masalah kesehatan fisik, seperti penyakit kronis, cedera dan kelelahan. Kedua kondisi ekonomi mereka sangat tidak stabil.
Pendapatan mereka sangat bergantung pada hasil dari proses pengumpulan, pemilahan, dan penjualan limbah yang mereka lakukan setiap hari. Kondisi ini membuat mereka rentan terhadap fluktuasi harga barang-barang daur ulang, yang dapat secara signifikan mempengaruhi pendapatan mereka.
Selain itu, kecelakaan saat bekerja juga merupakan ancaman serius bagi keselamatan dan kesehatan mereka. Minimnya akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan merupakan masalah lain yang dihadapi oleh para pemulung. Banyak di antara mereka tidak memiliki akses terhadap layanan kesehatan yang memadai karena keterbatasan finansial.
Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan yang sederhana menjadi lebih serius karena tidak ditangani dengan tepat. Selain itu, stigma sosial terhadap profesi sebagai pemulung juga menambah beban psikologis bagi lansia ini, mengurangi harga diri dan kualitas hidup mereka.
Tujuan utama dari upaya penyelesaian fenomena pemulung lansia ini adalah untuk meningkatkan kesadaran akan kondisi yang dihadapi oleh pemulung lansia di Kota Mataram, serta mendorong upaya untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Ini mencakup upaya untuk memberikan akses yang lebih baik terhadap layanan kesehatan, melindungi mereka dari risiko kecelakaan dan paparan bahan berbahaya, serta mengurangi stigma sosial yang melekat pada profesi mereka.
Dengan memahami permasalahan yang dihadapi, diharapkan masyarakat dan pemerintah dapat memberikan dukungan yang lebih besar dalam meningkatkan kondisi hidup para pemulung lansia. Secara lebih spesifik, tujuan-tujuan yang dapat diidentifikasi termasuk:
- Meningkatkan akses pemulung terhadap layanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas.
- Memberikan pelatihan keselamatan kerja dan penyediaan peralatan pelindung untuk mengurangi risiko kecelakaan dan paparan bahan berbahaya.
- Mengurangi stigma sosial terhadap profesi pemulung dan meningkatkan dukungan masyarakat terhadap mereka.
Langkah-langkah konkret dapat diambil untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Pertama, pemerintah dan lembaga terkait perlu meningkatkan akses pemulung terhadap layanan kesehatan dengan mendirikan klinik atau program kesehatan mobile yang dapat diakses dengan mudah.
Hal ini dapat dilakukan melalui kerja sama dengan organisasi non-pemerintah (NGO) atau lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang telah berpengalaman dalam memberikan layanan kesehatan kepada kelompok rentan. Selain itu, kedua, pelatihan keselamatan kerja dan penyediaan peralatan pelindung seperti sarung tangan, masker, dan pelindung mata sangat penting untuk mengurangi risiko kecelakaan dan paparan bahan berbahaya.
Pelatihan ini juga dapat mencakup pengajaran tentang teknik-teknik pengumpulan limbah yang aman dan efisien untuk mengurangi risiko cedera saat bekerja. Upaya pemberdayaan ekonomi juga harus dilakukan dengan memberikan pelatihan keterampilan dan akses terhadap sumber daya untuk memulai usaha kecil.
Pelatihan keterampilan seperti pembuatan barang-barang daur ulang atau pertanian perkotaan dapat membantu pemulung untuk meningkatkan pendapatan mereka dan mengurangi ketergantungan pada penghasilan dari pekerjaan pemulung. Ketiga, edukasi masyarakat tentang pentingnya menghormati dan mendukung pemulung dalam komunitas juga dapat membantu mengurangi stigma sosial yang melekat pada profesi mereka.
Fenomena pemulung adalah cermin dari ketidaksetaraan sosial dan ketidakadilan ekonomi yang masih merajalela di banyak bagian dunia. Pemulung lansia di Kota Mataram adalah bagian dari realitas social yang tidak bisa diabaikan mereka adalah bagian dari komunitas yang rentan dan membutuhkan perhatian lebih dari kita semua.
Dengan memahami permasalahan yang dihadapi oleh pemulung lansia, kita dapat bersama-sama mencari solusi untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Dukungan dari berbagai pihak, baik dari masyarakat maupun pemerintah, sangat dibutuhkan untuk memberikan perlindungan social, akses kesehatan yang layak dan kesempatan untuk hidup dengan martabat bagi para pemulung lansia di Kota Mataram.
Dengan langkah-langkah yang tepat, kita dapat bergerak menuju masyarakat yang lebih inklusif dan berkeadilan, di mana para pemulung dapat hidup dengan layak dan mendapat penghargaan atas kontribusi mereka dalam pengelolaan limbah dan lingkungan.