Mataram (NTBSatu) – Pertamina melakukan penyesuaian harga BBM non subsidi per bulannya setiap tanggal 1.
Namun Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting, mengungkapkan, pihaknya belum memastikan apakah harga BBM akan mengalami penyesuaian seiring dengan kondisi yang terjadi saat ini.
“Masih kami reviu, harga minyak mentah dan Kurs juga masih fluktuatif,” ujar Irto, dilansir CNBC Indonesia, Selasa, 30 April 2024.
Berdasarkan pantauan NTBSatu pada data Revinitif hari ini, pukul 15.00 WIB harga minyak dunia baik brent maupun WTI terpantau mengalami penurunan. Brent turun sebesar 0,04 persen ke angka 88,36 dolar AS per barel. Sedangkan WTI juga melemah 0,16 persen ke angka 82,49 dolar AS per barel.
Sementara itu, nilai tukar rupiah kian terpuruk di akhir April ini. Bahkan, rupiah kembali ke level paling lemah dalam empat tahun terakhir.
Hari ini, pukul 15.00 WIB, Kurs rupiah melemah 0,12 persen ke Rp 16.275 per dolar Amerika serikat (AS). Kurs rupiah menyentuh level paling lemah sejak 7 April 2020 atau dalam lebih dari empat tahun terakhir.
Berita Terkini:
- Museum NTB Ikut Pameran Nasional di Surabaya
- Pastikan SDA Menyejahterakan, Pemkab Sumbawa Lakukan MoU dengan KSB
- Kampanye Akbar Iqbal – Dinda di Kandang Rohmi – Firin Dipadati Lautan Manusia
- Pemprov NTB Gelar Lomba Memasak dan Mancing Ikan, Sekda: Dinas Kelautan dan Perikanan Punya Peran Penting Atasi Stunting
- Rangkaian HUT Ke-66, Pemprov NTB Gelar Lomba Memasak dan Mancing Ikan
Disisi lain, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tutuka Ariadji, mengatakan setiap kenaikan minyak mentah dan nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar akan berdampak pada kenaikan belanja subsidi energi.
“Setiap kenaikan 1 dolar AS harga minyak mentah, maka beban subsidi dan kompensasi energi akan naik sekitar Rp 4,5 triliun. Sementara, setiap kenaikan kurs rupiah Rp 100 per dolar AS bakal berdampak pada subsidi energi Rp 2,5-3,5 triliun,” rinciannya.
Untuk menyikapi persoalan ini, pemerintah bersama Pertamina tengah mencari sumber pasokan energi dari negara lain. Terutama yang tidak terdampak tensi geopolitik di timur tengah.
“Kalau harga kemungkinan bisa sama tapi kalau sumber lain yang lebih murah kita upayakan,” tandas Tutuka. (STA)