Olahraga

11 Atlet Gulat NTB Terlantar di Jakarta, Begini Penjelasan Kadispora NTB

Mataram (NTBSatu) – 11 atlet gulat asal NTB telantar di Jakarta beberapa hari yang lalu. Kabarnya, mereka terdampar di GOR Ciracas selama sembilan hari karena tidak memiliki biaya tiket pulang ke Lombok.

11 pegulat yang telantar itu didampingi satu orang pelatih dan ofisial. Beberapa di antaranya merupakan siswi SMAN 2 Jonggat, Lombok Tengah.

Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi NTB, Tri Budiprayitno buka suara mengenai hal tersebut.

Dikatakannya, Cabang Olahraga (Cabor) Gulat ini merupakan Cabor baru di NTB. Di mana Surat Keputusan (SK) kepengurusannya baru keluar pada 8 September 2023 kemarin.

“Itu pun kepengurusannya baru dilantik,” kata Tri kepada NTBSatu, Rabu, 15 November 2023.

11 Atlet itu, lanjut Tri, berangkat pada 28 Oktober 2023 kemarin. Sebelumnya pada tanggal 27 Oktober, pelatih dan 6 atlet berpamitan kepada Dispora NTB untuk mengikuti kejuaraan tersebut, sekaligus mencoba meminta anggaran kepada pihak pemerintah.

Lantaran waktu yang singkat dan mendadak, Pemprov sendiri belum bisa menganggarkan anggaran untuk para atlet tersebut. Di samping termasuk Cabor baru, tentu dalam hal penganggaran di kepemerintahan harus ada perencanaan terlebih dulu.

“Tentu harus proses perencanaan di pemerintahan itu. Rencanakan yang mau dikerjakan dan kerjakan apa yang telah direncanakan. Tentunya kita belum sampai merencanakan Cabor baru kita belum tahu ada atletnya, kemudian harus berangkat,” jelasnya.

“Kita tidak punya uang cash untuk memberikan uang kepada orang yang datang langsung kasih, itu modelnya. Jangankan Cabor kegiatan-kegiatan kita saja harus ada perencanaan terlebih dulu,” tambahnya.

Oleh karenanya keberangkatan 11 Atlet bersama pelatihnya itu menggunakan anggaran pribadi. Selain itu, ada juga bantuan dari beberapa pihak, seperti DPD RI Dapil NTB, KONI NTB, dan dari pengusaha.

Tri juga mengaku sudah menghubungi pihak KONI untuk bisa memberikan dana cash kepada para atlet tersebut. Namun KONI juga tidak memiliki dana cash.

Pasalnya, KONI juga masih pada posisi bergantung pada hibah yang diberikan oleh Pemprov. Sementara hibah tersebut sudah tersedot dengan alokasi Porprov di bulan februari dulu.

“Sehingga dana cash tidak ada untuk membantu memberikan itu, kita sudah sampaikan itu,” ujarnya.

Soal tidak adanya dana cash ini, Tri juga mengaku sudah mengkomunikasikan dengan pelatih. Akhirnya, pelatih juga tidak mempersoalkan itu. Artinya, mereka akan tetap berangkat dengan anggaran pribadi.

“Saya komunikasikan sama pelatihnya, seperti ini kondisinya, gimana tetap berangkat? Dan mereka bilang tetap berangkat walau dengan biaya pribadi, ya syukur nanti dapat bantuan, clear kan,” katanya.

Tri menegaskan, di tengah kondisi fiskal daerah yang belum stabil, Tri menyarankan kepada KONI dan pengurus Pengprov masing-masing Cabor, untuk memperluas kemitraan, baik dengan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), perusahaan swasta maupun dengan CSR lainnya.

Karena menurutnya, masalah olahraga tidak bisa serta merta menjadi tanggungjawab pemerintah semata. Karena pengelolaan olahraga prestasi itu pentahilik. Harusnya, dari dunia industri, akademisi dan perguruan tinggi punya sumbangsih.

“Seluruh pengurus-pengurus Cabor termasuk juga Koni diharapkan bisa mencari sumber pendanaan
lainnya. Tetapi dengan cara yang memang elegan dan sesuai dengan
ketentuan,” ungkapnya.

Terlepas dari itu semua, Tri mengaku pihaknya tetap mengapresiasi atas gerak cepat yang dilakukan oleh pelatih untuk membina atlet. Berkat itu, atletnya bisa meraih prestasi dan lolos untuk Pra PON.

“Informasinya empat di antaranya lolos seleksi Pekan Olahraga Nasional (PON) Medan dan Aceh 2024. Sedangkan, empat atlet lain merupakan peraih medali perak di Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Gulat U-17 di Kota Bogor,” tandasnya. (MYM)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button