Mataram (NTB Satu) – Presiden Jokowi menyatakan bahwa dunia sedang sakit karena suhu cuaca yang semakin panas setiap harinya. Ia juga mengatakan bahwa saat ini bumi tidak sedang berada dalam keadaan Global Warming, melainkan Global Boiling.
Sekadar Informasi, Global boiling merupakan keadaan naiknya suhu bumi yang ekstrem dan dianggap telah melampaui fase pemanasan global atau global warming.
Saat membuka kegiatan World Hydropower Congress 2023 di Bali, Jokowi menjelaskan bahwa suhu yang sudah mencapai hingga 1,5 derajat celsius ini jika terus dibiarkan, maka akan berdampak pada faktor pertanian.
“Jika suhu bumi tetap naik, akan diprediksi sekitar 210 juta orang akan kekurangan air, 14 persen populasi akan terkena gelombang panas, 290 juta rumah akan banjir pesisir,” ujarnya yang dikutip dari video Sekertariat Presiden.
Berita Terkini:
- Kapal Rute Poto Tano – Pelabuhan Kayangan Kandas, Seluruh Penumpang Selamat
- UMP NTB Naik Jadi Rp2,6 Juta, Pj Gubernur Beraharap tak Ada PHK
- Pj Gubernur NTB Panggil Kadis Dikbud, Sebut Kabid SMK Berpotensi Dicopot
- Kabid SMK Dikbud NTB Ancam Kontraktor Sebelum Diduga Terima Pungli Rp50 Juta
Pemanasan global menjadi ancaman nyata untuk semuanya. Maka dari itu, Indonesia mendukung penuh untuk segera melakukan transisi energi melalui penambahan EPT dalam skala besar.
Menurut Presiden, Indonesia kaya akan potensi energi hijau. Selain itu, sekitar 3600 gigawatt energi tersebut dihasilkan melalui matahari, angin, panas bumi, arus laut, ombak.
Sementara itu, melansir dari CNBC, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan bahwa kondisi ini disebabkan efek fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) positif yang menyebabkan anomali kenaikan suhu dan menurunnya pembentukan awan hujan di selatan ekuator.
Juga dipicu anomali kenaikan suhu permukaan laut El Nino yang terjadi di laut pasifik di ekuator bagian timur. Ditambah pengaruh angin dari Australia yang lebih kering yang menyebabkan musim kemarau kali ini lebih menyengat dibandingkan musim kemarau biasa. (WIL)