Mataram (NTB Satu) – Asisten II Setda Kota Bima, Drs. Abdul Gawis mengikuti Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah secara daring di Ruang Rapat Wali Kota Bima, Senin, 18 September 2023.
Turut hadir, Inspektur, Kepala Bappeda, Kadis Koperindag, Kadis Perhubungan, Kadis PUPR, Kadis Perikanan dan Kelautan, Kadis Ketahan Pangan, Kadis Sosial serta Kabag Ekonomi.
Dalam Vicon yang dipimpin langsung oleh Inspektorat Jenderal, Komjen Pol Drs. Tomsi Tohir, M.Si mengatakan bahwa Pemerintah Pusat secara konsisten berusaha mengatasi inflasi. “Khususnya pada beras yang dalam tiga minggu terakhir terus merangkak naik dan belum mengalami penurunan yang signifikan,” jelasnya.
Pada kesempatan tersebut Tomsi Tohir memaparkan perkembangan kondisi inflasi yang berkaitan dengan daerah-daerah yang tertinggi di Indonesia.
“Untuk 10 Provinsi tertinggi ada Papua Barat, Kalimantan Selatan, Maluku Utara, Jawa Timur, DIY, NTT, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara,” tuturnya.
Untuk itu, Ia meminta kepada 10 Kepala Daerah yang tertinggi diharapkan untuk melakukan upaya-upaya yang leboh maksimal. Ia juga memberikan apresiasi kepada 10 daerah terendah atas upaya yang telah dilakukan dalam menekan angka inflasi dalam satu minggu terakhir.
Sementara itu, Deputi Badan Pusat memaparkan perkembangan harga pada minggu kedua September 2023. Pada minggu kedua, terjadi perubahan indeks perkembangan harga. Jumlah Kab/Kota yang menjadi pemicu kenaikkan IPH (Indeks Perkembangan Harga) adalah beras.
“Sebanyak 341 Kab/Kota mengalami lonjakan harga beras, kemudian gula pasir di 340 Kab/Kota, cabe rawit naik di 226 Kab/Kota,” jelasnya.
Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga ialah bawang merah di 459 Kab/Kota, kemudian bawang putih turun di 376 Kab/Kota, dan telur ayam ras di 362 Kab/Kota.
“Jadi ini adalah komoditas-komoditas yang mengalami kenaikkan harga juga penurunan harga di minggu kedua Bulan September 2023,” paparnya. (adv)