Kota Mataram

Pelajar SMP Negeri di Mataram Diduga Serang SD Negeri

Mataram (NTB Satu) – Sejumlah siswa salah satu SMP negeri di Kota Mataram menyerang salah satu SD negeri di Mataram dengan menendang dan memukul dinding pembatas antara kedua sekolah, pada Jumat (2/9) sekitar pukul 10.00 Wita. Para murid SD negeri itu dikhawatirkan mengalami trauma dengan kejadian tersebut.

Selama enam tahun terakhir, SD negeri tersebut meminjam beberapa ruang kelas di salah satu SMP negeri. Hal itu menyebabkan sebagian siswa SMP negeri tersebut terpaksa melangsungkan proses belajar mengajar di selasar sekolah dengan beralaskan karpet.

Guru SD Negeri tersebut sekaligus saksi mata, Mustafa mengatakan, pada Jumat, 2 September 2022, pihak SD negeri itu tengah melakukan persiapan rapat dengan orang tua siswa terkait rencana pindah ke gedung bekas salah satu universitas.

“Setelah ada yang melapor, saya langsung menghampiri anak-anak yang mendobrak dan melihat anak-anak siswa saya menangis dan cenderung trauma,” ungkap Mustafa, ditemui NTB Satu selepas rapat bersama di Kantor Dinas Pendidikan Kota Mataram, Jumat, 2 September 2022.

Sewaktu siswa SMP negeri mendobrak, terdapat orang tua murid SD negeri memvideokan. Kemudian, Mustafa mendengar kabar bahwa orang tua murid setelah pendobrakan, banyak murid yang mau pindah.

Pihak SMP sempat mengatakan terdapat bola yang masuk di ruang kelas SD itu. Namun, sebagai saksi mata, Mustafa membantah hal tersebut.

IKLAN

“Seandainya dikatakan ada bola masuk, kami punya CCTV yang menerangkan bahwa tidak ada bola yang masuk,” papar Mustafa.

Mustafa sempat melihat bahwa anak-anak SMP telah bertindak brutal dan berlebihan.

Pagi hari sebelum kericuhan, terdapat keributan yang melibatkan satpam SMP negeri yang melarang orangtua SD masuk ke sekolah.

“Setiap hari kami mendengar ada gebrakan di kelas. Kami sangat miris melihat psikis anak-anak yang sangat trauma menyaksikan dan mendengar seseorang berkata keras,” cerita Mustafa.

Sementara itu, Wakil Kepala bidang Kesiswaan SMP tersebut, Sri Agustini mengatakan, anak-anak tengah menikmati istirahat, tepat pada pukul 10.00 Wita dan para guru pun sedang istirahat di ruang guru.

“Awalnya, anak-anak main bola di sekitar posisi batas dalam ruang kelas. Nah di sela pembatas itu, bola masuk. Pembatas kemudian jatuh,” papar Sri.

Menurut Sri, karena saling memandang dan saling olok, anak-anak SMP dan SD saling balas. Menurut cerita Sri, pada saat itu terdapat suara dari ruang pembatas yang memantik kesalahpahaman.

“Karena saling melihat dan anak-anak SMP tersinggung, akhirnya terjadi penendangan triplek pembatas,” beber Sri.

Sri telah berusaha melerai. Namun, sebelum terlerai, anak-anak telah berbuat rusuh.

“Kami mencoba untuk membunyikan bel dan memaksa anak-anak untuk kelas. Setelah tidak berhasil, kami akhirnya memulangkan anak-anak pada pukul 10.15 Wita. Setelah itu, anak-anak pulang,” tandas Sri.

Di tengah kesibukan Sri, ada yang melaporkan bahwa terdapat anak-anak yang ramai menendang triplek. Sri berlari kemudian melerai anak-anak agar kembali ke kelas.

“Saya seyakin-yakinnya bahwa tidak ada guru yang sengaja membiarkan. Karena saya melihat langsung, saya bersumpah bahwa tidak ada guru yang sengaja membiarkan,” tandas Sri.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Mataram, Yusuf mengatakan, bakal mengajak kedua sekolah untuk menjaga kondusivitas masing-masing sekolah. Terlebih, kepada anak-anak di SMPN.

“Namun, menurut saya, kericuhan ini seperti sengaja dibiarkan terjadi,” ucap Yusuf.

Sebab, menurut Yusuf, apabila cepat ditangani, ia yakin bahwa kericuhan tidak akan terjadi. Ia pun turut memohon agar jangan sampai terjadi kejadian yang sama.

“Sampai SD ini pindah, jagalah kondusivitas. Kalau anak-anak brutal, itu berarti ada unsur kegagalan pendidik,” jelas Yusuf.

Ke depannya, apabila kembali terjadi peristiwa yang serupa, ia akan menindak tegas Bapak atau Ibu Guru dari SMP negeri tersebut maupun dari SD dan SMPN lainnya di Mataram. (GSR)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button