Kota Mataram

Tur Buku Bedil Penebusan, Akarpohon Mataram Gandeng UKM Musik GPM

Mataram (NTB Satu) – Tak terasa, program Tur Buku milik Komunitas Akarpohon Mataram telah berlangsung sebanyak lima kali.

Berkolabarosi dengan UKM Musik Gde Puja Mataram (GPM) Komunitas Akarpohon Mataram sepakat membahas buku Bedil Penebusan karya Kiki Sulistyo, yang dibahas oleh I Ketut Putu Suardana, dan dipandu Puja Alingga Sugyana. Tur Buku Bedil Penebusan juga turut serta menampilkan Anggreni Widiani Santi dan BDLZ.

Tur Buku Bedil Penebusan terlaksana pada Sabtu, 27 Agustus 2022 malam di Institut Agama Hindu Negeri (IAHN) Gde Pudja Mataram (GPM).

Bedil Penebusan merupakan buku kumpulan cerpen karya Kiki Sulistyo yang diterbitkan oleh penerbit Marjin Kiri. Pada 2021, buku Bedil Penebusan meraih penghargaan daftar pendek Buku Prosa Terbaik versi Majalah Tempo.

Pembahas Buku Bedil Penebusan, I Ketut Putu Suardana mengatakan, pihaknya hanya punya sedikit waktu dalam membahas buku karya Kiki Sulistyo yang diterbitkan oleh Marjin Kiri tersebut. Maka dari itu, Putu hanya membahas sesuatu yang telah dilihat, dibaca, dan dialaminya dari dalam buku.

“Kata Bedil dalam buku ini, terasa sangat familiar. Sebab, dalam kehidupan sehari-hari, saya punya hubungan yang cukup dekat dengan unsur bedil,” ungkap Putu saat menjadi pembahas, di IAHN Mataram, Sabtu, 27 Agustus 2022 malam.

IKLAN

Lebih lanjut, Putu menuturkan bahwa kemampuan Kiki Sulistyo dalam mengarahkan imajinasi pembaca sangat luar biasa. Ia menyebut bahwa cerita-cerita Kiki Sulistyo dalam buku Bedil Penebusan membawa pembaca menuju suatu realitas yang tidak biasa.

“Seandainya terdapat sketsa atau karikatur di dalam buku, maka mungkin buku Bedil Penebusan akan lebih menarik lagi,” terang Putu.

Menurut pria yang juga seorang dosen program studi ilmu komunikasi hindu di IAHN Mataram ini, Tur Buku milik Komunitas Akarpohon adalah hal yang sangat penting, terutama untuk kalangan mahasiswa.

“Orang-orang yang menggerakkan program Tur Buku harus sangat diberi apresiasi. Sebab, ini kegiatan yang luar biasa. Saya berharap agar program ini terus berlanjut dan jangan pernah berhenti,” papar Putu.

Sementara itu, Penulis Buku Bedil Penebusan, Kiki Sulistyo mengatakan, mulai membaca berbagai cerita pendek manakala duduk di bangku SD, tepat pada tahun 1991. Kiki menceritakan, Ahmad Tohari dan Leo Tolstoy adalah dua pengarang yang membantunya dalam melihat dunia dengan cara yang berbeda.

“Melalui cerpen mereka (Tohari dan Tolstoy, red,) saya mulai bisa membaca penderitaan dan ketidakadilan di dunia kemudian membuat empati bertumbuh dalam diri saya,” ungkap Kiki, Sabtu, 27 Agustus 2022.

Dalam cerpen-cerpen yang ditulisnya, Kiki kerap membuat situasi, plot, dan tokoh yang sangat kacau. Kekacauan tersebut kemudian dihadirkan untuk diberi nilai oleh para pembaca.

“Dengan cara seperti itu, saya menempatkan sosok-sosok pembaca sebagai sosok yang penting, bukan sosok yang akan diceramahi,” jelas Kiki.

Dalam buku Bedil Penebusan, Kiki menggarap problem-problem sosial di NTB yang mungkin luput diperhatikan oleh masyarakat. Kemudian, ia menyampaikan problem-problem tersebut dengan cara yang berbeda.

“Cara penyampaian adalah hal yang paling penting dalam menulis sastra. Cara adalah aspek penting yang membedakan antara seni dan bukan seni,” tandas Kiki. (GSR)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button