Kota Mataram

Belajar Saat di Pengungsian, Pemuda di Mataram Ini Sukses Bisnis Selada Hidroponik

Mataram (NTB Satu) – Berawal dari nonton video Youtube di pengungsian saat gempa pada tahun 2018 lalu, Nuruzaman Karomi, pria 27 tahun asal Lingkungan Jempong Wareng, Kecamatan Ampenan kini sukses dengan bisnis hidroponiknya.

Berdiri di atas lahan 2 are, usaha sayur selada yang ia tanam pada medium hidroponik itu kini terus mendatangkan omzet hingga jutaan rupiah per minggunya.

Uniknya, ia tidak perlu mengeluarkan upaya lebih untuk perawatan, bahkan tidak memiliki pekerja. Ia hanya mengandalkan pompa air untuk menjaga sirkulasi air tanaman agar tetap mengalir.

“Perawatan tidak susah, kita cuma perlu memindahkan tanaman sesuai usia. Selebihnya pompa yang bekerja,” ujar Karom, sapaan akrabnya, Jumat, 13 Januari 2023.

Namun ia mengakui, mengumpulkan biaya awal untuk membangun green house bukan hal yang mudah bagi anak muda tak berpenghasilan seperti dirinya dulu.

Bahkan ia kerap kali mendapat olokan dari para tetangga mengenai idenya tersebut.

“Saya mulai sedikit demi sedikit. Dulu sebelum ada pompa, tanamannya saya siram sendiri. Dulu juga diolok-olok terus, karena prospek yang dikira tidak menjanjikan,” ucapnya.

Kini, selada hidroponik tersebut dapat dipanen tiap minggu dengan hasil rata-rata 70 kilogram. Kemudian, per kilogramnya ia jual seharga Rp25.000.

“Setelah saya pelajari, yang pertama itu kita harus tau pasarnya, kita survei. Dulu saya datangi satu per satu tempat makan. Sekarang mereka yang datang, malah saya yang kewalahan memenuhi permintaan,” terangnya.

Karena tidak memakan waktu, dimana hanya pagi dan sore hari. Karom mengaku bisa menjadikan usaha hidroponik tersebut sebagai pekerjaan sampingan, dan lebih meluangkan waktu sebagai guru madrasah.

Meski terdengar mudah, namun tidak selamanya mulus. Ia mengaku harus rela meluangkan waktu lebih banyak untuk merawat selada tersebut dari serangan hama apabila tiba musim hujan.

“Kalau hujan harus kita kasih semprotan (racun) anti hama. Soalnya musim hujan harganya pasti naik, banyak orang yang gagal panen, terutama selada lokal yang ditanam di tanah. Kalau ini kita pakai bibit impor,” pungkasnya. (RZK)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

IKLAN
Back to top button