Mataram (NTBSatu) – Gusdurian NTB menggelar Haul Gusdur, Senin, 23 Desember 2024 di Ruang Tumbuh Merdeka, Labuapi, Lombok Barat. Acara itu mengusung tema “Menajamkan Nurani, Membela yang Lemah”.
Penggiat Gusdurian NTB, Paox Iben mengatakan, menajamkan nurani adalah proses untuk mengasah kepekaan. Atas terasahnya kepekaan, manusia akan mampu melihat masalah yang ada, terutama yang terjadi di sekitarnya.
“Terlebih, hidup manusia saat ini lebih banyak berada di dunia maya dan cenderung tidak mengenal tetangga di sekitar rumah,” ungkap Paox Iben.
Sampai saat ini, Gusdurian telah menggelar Haul Gusdur ke-15 yang merupakan Presiden Indonesia ke-4. Meskipun berkuasa sebentar, Gusdur telah meninggalkan banyak warisan. Terutama soal pluralisme, keberagaman, dan kemanusiaan.
Di NTB, Gusdurian terbentuk sekitar tahun 2013 dan setiap tahun selalu melaksanakan kegiatan yang beragam. “Kami terkadang melaksanakan kegiatan yang melibatkan orang-orang lintas iman, terpinggirkan, dan lain-lain,” ungkapnya.
Pada tahun ini, Gusdurian NTB mengusung tema Menajamkan Nurani untuk Membela yang Lemah. Maka dari itu, mereka mengundang Hayyanul Haq, Pakar Hukum Kekayaan Intelektual untuk bicara. Serta, sejumlah seniman untuk tampil.
“Acara Haul memang tak hanya berbentuk pengajian. Ada pula yang berbentuk orasi kebudayaan dan pertunjukan seni,” terang Paox.
Lebih lanjut, Paox menjelaskan, kebudayaan Indonesia saat ini berjalan tanpa arah dan cenderung mengalami kerusakan. hal ini tak hanya disebabkan oleh satu golongan, melainkan cukup banyak golongan. Maka, atas terciptanya kerusakan kebudayaan ini, Gusdurian menempatkan posisi untuk selalu memberi perhatian pada orang-orang lemah dan terpinggirkan.
Libatkan Sejumlah Seniman
Gusdurian NTB pun melibatkan sejumlah seniman dalam Haul Gusdur ini. Sebab, pesan yang terkandung dalam karya seni merupakan hal yang paling mudah untuk diterima dan mampu menyentuh perasaan manusia yang paling dalam. Jika ingin bicara nurani, maka terdapat aspek perasaan, bukan hanya sekadar rasionalitas.
“Sebuah kegiatan menjadi sangat menarik apabila penyampaiannya dengan cara-cara yang artistik,” ucap Paox.
Saat ini, sudah terdapat presiden, gubernur, wali kota, dan bupati yang baru. Dari hal ini, Paox mengharapkan ada kebaruan cara pandang dalam menjalani tata kelola pemerintahan. Terutama dalam membantu orang-orang lemah yang kekurangan akses pendidikan, kesehatan, dan sebagainya.
“Saya melihat, manusia kurang memiliki rasa peduli yang mendalam dan terjebak dalam apatisme yang akut di masa kini. Sehingga, saya ingin mengajak agar lebih peduli terhadap alam, kehidupan, sosial dan kebudayaan,” tandas Paox. (*)