Selain itu, sejumlah rumah sakit sudah ditutup dan fasilitas lainnya sedang proses penutupan karena kekurangan bahan bakar. Bantuan yang selama ini diberikan juga tidak memadai dan tidak konsisten.
“Persediaan di pasar hampir habis, sementara bantuan kemanusiaan yang masuk ke jalur Gaza dengan truk dari Mesir tidak mencukupi,” kata UNRWA.
“Kebutuhan masyarakat sangat besar, meskipun hanya untuk kelangsungan hidup dasar, sementara bantuan yang kami terima sangat sedikit dan tidak konsisten.” tandasnya.
Berita Terkini:
- Kapal Rute Poto Tano – Pelabuhan Kayangan Kandas, Seluruh Penumpang Selamat
- UMP NTB Naik Jadi Rp2,6 Juta, Pj Gubernur Beraharap tak Ada PHK
- Pj Gubernur NTB Panggil Kadis Dikbud, Sebut Kabid SMK Berpotensi Dicopot
- Kabid SMK Dikbud NTB Ancam Kontraktor Sebelum Diduga Terima Pungli Rp50 Juta
Juru bicara UNRWA Juliette Touma juga mengungkapkan bahwa warga menyerbu sebanyak empat fasilitas pada hari Sabtu, 28 Oktober 2023 lalu. Ia bahkan mengatakan bahwa gudang-gudang itu tidak berisi bahan bakar apapun, dan pasokannya sangat sedikit.
Kemampuan UNRWA untuk memberikan bantuan kepada masyarakat di Gaza juga semakin tergerus karena serangan udara terus dilakukan oleh Israel. Serangan tersebut juga menewaskan lebih dari 50 staf UNRWA dan membatasi pergerakan pasokan bantuan.
Sebanyak 613.000 orang dari 1,4 juta pengungsi internal di Gaza mencari perlindungan di 150 fasilitas yang dioperasikan oleh UNRWA yang ada pada seluruh wilayah Gaza.
Menurut informasi dari Badan Bantuan PBB tersebut, beberapa tempat penampungan kini menerima jumlah pengungsi 10 hingga 12 kali lebih banyak dari kapasitas yang seharusnya. Hal ini semakin memperparah keadaan krisis yang sedang dialami. (WIL)