Alhasil, kata Siti, sampai di SMAN 8 Mataram, pihak sekolah memberikan informasi kalau harus daftar dulu secara daring.
“Sudah tadi dikasih tahu kalau harus daring dulu sama pihak sekolah. Ada anak saya juga yang foto untuk daftarnya di mana, syaratnya apa saja. Lalu, dikasih tahu juga sama sekolah, kalau sudah daftar, baru ke sekolah untuk verifikasi berkasnya,” tambahnya.
Ia juga menyampaikan, dirinya baru mengetahui kalau mekanisme pendaftaran PPDB SMA seperti itu, karena sama sekali dirinya tidak ada mendapat informasi mengenai mekanisme pendaftaran.
Baca Juga:
- Cek Fakta: Dugaan Suap WNA China di Jalur Hijau Imigrasi Dibantah Ditjen Imigrasi
- Cerita Hashim Djojohadikusumo Tentang Prabowo Tolak Sogokan
- Pemkot Mataram Minta Dukungan Kementerian Wujudkan Transportasi Publik Listrik
- Starbucks Lakukan PHK Global, Bagaimana Nasib 500 Gerai dan Ribuan Karyawan di Indonesia?
“Saya baru tahu kalau mekanisme begini, anak saya juga tidak tahu, tidak ada dikasih tahu waktu SMP. Mungkin sosialisasi perlu dilakukan secara merata, karena kalau begini, capek juga bolak-balik. Kebetulan, rumah saya di Turida, lumayan ke sini,” ungkapnya.
Apalagi, nanti kalau tidak lolos, lanjut Siti, katanya harus cabut berkas ke sekolah yang pertama didaftar, baru daftar ke sekolah berikutnya.
“Bolak-balik jadinya. Bahkan, tadi ada yang mendaftar jauh-jauh dari Bayan katanya, dan anaknya itu tinggal sama neneknya di Dasan Cermen sini. Lumayan orang tuanya harus nemenin lagi dari Bayan balik,” tuturnya. (JEF)