ATM Sampah, Terobosan Jitu dari Akademi Komunitas Olat Maras

Mataram (NTB Satu) – Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) NTB masih terus berupaya untuk menyukseskan rencana NTB Zero Waste dan NTB Net Zero Emissions 2050. Salah satunya adalah dengan mengajak seluruh pihak, termasuk komunitas untuk menjalin kerja sama atau kolaborasi. Pada Gebyar Pilah Sampah beberapa waktu lalu, Dinas LHK NTB mengundang Akademi Komunitas Olat Maras untuk hadir.

Akademi Komunitas Olat Maras adalah satu kelompok yang telah diajak untuk berkolaborasi. Perlu diketahui, Akademi Komunitas Olat Maras telah berhasil mengembangkan ATM Sampah yang dapat ditukarkan dengan uang tunai.

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Akademi Komunitas Olat Maras, Evi Nurmala mengatakan, ATM Sampah adalah satu inovasi terbaru dari Akademi Komunitas Olat Maras. ATM Sampah telah dirilis pada 11 Januari 2023. Sedangkan, Akademi Komunitas Olat Maras telah berdiri sejak 2016.

“Sampai saat ini, Akademi Komunitas Olat Maras telah berhasil mengembangkan tiga jenis produk. Pertama, motor listrik, kendaraan roda tiga bertenaga listrik dan ATM Sampah. Akademi Komunitas Olat Maras fokus untuk melahirkan operator-operator alat berat,” ungkap Evi, Selasa, 21 Februari 2023.

ATM Sampah adalah salah satu inovasi dari Akademi Komunitas Olat Maras yang bekerja sama dengan PT. Montras Avatar Indonesia. ATM Sampah bertujuan untuk mengedukasi masyarakat mengenai pemilahan sampah.

“Seluruh orang dapat mengakses kode bar yang ada di setiap drop box milik ATM Sampah Akademi Komunitas Olat Maras. Setelah mengakses kode bar, akan terdapat instruksi untuk memasukkan botol plastik kotak yang sediakan. Kemudian, botol yang dimasukkan ke dalam kotak akan menghasilkan poin yang dapat ditukarkan menjadi uang, poin tersebut dapat berupa uang tunai, pembayaran listrik, air, dan lain-lain,” jelas Evi.

Di ATM Sampah Akademi Komunitas Olat Maras, Evi dan kawan-kawan menerima sampah berjenis botol plastik, minyak jelantah, kertas, dan lain-lain. Namun, sementara ini, Akademi Komunitas Olat Maras hanya fokus menerima sampah berjenis botol plastik.

Botol yang berukuran 450 mililiter dapat ditukar dengan uang tunai sebesar Rp50. Untuk botol ukuran 1,5 liter diberi harga sekitar Rp150. Namun, untuk ketentuan lebih lanjut, silakan mengakses aplikasi terkait.

“Sebenarnya, permasalahan sampah bukan datang dari luar diri, melainkan dari dalam diri sendiri. Saya merasa bahwa semua orang, mulai hari ini, harus mau bertanggungjawab terhadap sampah-sampah yang telah dihasilkannya,” tandas Evi.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTB, Julmansyah S.Hut., M.Ap., mengatakan, Gebyar Pilah Sampah adalah edukasi untuk menguatkan pikiran tata kelola soal sampah yang dapat membuat NTB Bebas Emisi pada tahun 2050 makin nyata untuk diraih.

Selain itu, Gebyar Pilah Sampah adalah acara yang melibatkan pengunjung dalam skala yang banyak. Gelaran tersebut hendak memperlihatkan soal betapa beragamnya praktik-praktik pengelolaan sampah yang dapat menjadi strategi menyukseskan NTB Zero Waste.

“Di dalam acara ini, ada 40 pihak yang terlibat, yaitu komunitas, sekolah, dan kelompok yang memiliki strategi tersendiri untuk mengelola sampah di tempatnya masing-masing. Saya melihat bahwa 40 pihak tersebut telah dapat menjadikan sampah sebagai sumber daya utama untuk mencukupi kehidupan,” ungkap Julmansyah.

Julmansyah memilih banyak jenis tata kelola sampah agar masyarakat yang hadir dapat melihat dan meniru aneka jenis pengelolaan sampah yang ada di dalam Gebyar Pilah Sampah. Ia mengharapkan agar spirit mengenai sampah adalah sumber daya dapat ditularkan kepada masyarakat luas.

Disinggung mengenai keterlibatan siswa-siswi di Gebyar Pilah Sampah, Julmansyah menjawab, siswa-siswi yang hadir di dalam Gebyar Pilah Sampah kelak akan menjadi dewasa. Dengan pengetahuan yang benar soal tata kelola sampah, maka siswa-siswi tersebut akan menjadi orang tua yang dapat mengajarkan soal penanganan sampah yang baik di masa depan. Dinas LHK NTB telah mengarahkan agar siswa-siswi di NTB dapat bermitra dengan Bank Sampah yang ada di sekitar sekolahnya.

“Kami mengharapkan agar gerakan pemilahan sampah berbasis sekolah dapat menjadi hal yang baik dan ditiru oleh masyarakat NTB. Dengan melibatkan 3000 siswa-siswi, saya mengharapkan gaung dari Gebyar Pilah Sampah dapat menyebar hingga ke daerah yang paling jauh di NTB, atau daerah-daerah yang belum data mengikuti acara,” pungkas Julmansyah. (GSR)

Exit mobile version