Minnesota Collection, Gerakan Alternatif untuk “Zero Waste Fashion”

Mataram (NTB Satu) – Berbagai wacana dan strategi terus dikembangkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB untuk menyukseskan program NTB Zero Waste dan NTB Zero Emissions 2050. Salah satunya mengajak para usahawan dan komunitas untuk bekerjasama kemudian menjadi opsi untuk menyukseskan dua program tersebut.

Oleh karena itu, Pemprov NTB melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) NTB turut mengundang komunitas Menjaga, Indah, dan Bersih Lingkungan Kita (Minnesota) Collection, sebuah Zero Waste Fashion untuk tampil dalam Gebyar Pilah Sampah beberapa waktu lalu.

Pengelola Minnesota Collection, Meta Ancelino mengatakan, pihaknya membuat kerajinan yang berbahan dasar kain-kain bekas dari para penjahit dan limbah pabrik tekstil. Minnesota Collection mendesain ulang kain-kain bekas menjadi tas, sepatu, sandal, dan lain-lain. Minnesota Collection menjual produk dari harga Rp10.000 hingga Rp700.000, harga barang ditentukan oleh jenis bahan dasarnya.

Meta merasa bahwa kegiatan Gebyar Pilah Sampah sangatlah bagus. Sebab, kegiatan tersebut dapat menyatukan berbagai pegiat lingkungan. Gebyar Pilah Sampah memberikan kesempatan kepada Minnesota Collection untuk menampilkan segala jenis produk yang telah berhasil dibuat untuk kemudian ditunjukkan dan dijual kepada masyarakat yang berminat.

“Kami memilih mengelola sampah lantaran banyak melihat orang-orang yang mulai sadar akan tata kelola sampah organik. Kemudian, saya melihat bahwa masih sedikit orang yang bergerak pada bidang zero waste fashion. Itulah kemudian yang membuat kami menginisiasi usaha Minnesota Collection,” ujar Meta, Senin, 20 Februari 2023.

Meta merasa bahwa gerakan zero waste fashion perlu dilakukan. Karena, NTB memiliki banyak sekali limbah kain yang berasal dari baju-baju bekas. Kemudian, terlalu sedikit pihak yang mengelola limbah tersebut. Maka dari itu, Minnesota Collection akan senantiasa setia menggunakan bahan baku dari lingkungan yang ada di NTB.

Minnesota Collection lebih berkonsentrasi untuk mengelola sampah berbahan dasar sampah anorganik. Kami pun memiliki produk-produk berbahan dasar spanduk bekas. Hal tersebut untuk menampung bekas-bekas spanduk acara supaya dijadikan barang-barang yang lebih memiliki nilai guna,” terang Meta.

Kepada penyelenggara kegiatan yang memiliki spanduk bekas, Meta mengingatkan bahwa Minnesota Collection menerima donasi spanduk bekas. Meta mengimbau jangan lagi membuang sampah spanduk bekas ke laut. Sebab, ia kerap kali melihat orang-orang yang membuang spanduk bekas menuju laut.

“Sekarang, masyarakat sudah dapat mengelola sampah dengan berbagai cara. Hanya saja, kesadaran soal tata kelola sampah harus terus diperluas dan disosialisasikan. Kepada produsen-produsen yang belum melakukan pengelolaan sampah, kami mengimbau agar menyediakan sektor atau bidang pengelolaan sampah dalam perusahaannya,” tandas Meta.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTB, Julmansyah S.Hut., M.Ap., mengatakan, Gebyar Pilah Sampah adalah edukasi untuk menguatkan pikiran tata kelola soal sampah yang dapat membuat NTB Bebas Emisi pada tahun 2050 makin nyata untuk diraih.

Selain itu, Gebyar Pilah Sampah adalah acara yang melibatkan pengunjung dalam skala yang banyak. Gelaran tersebut hendak memperlihatkan soal betapa beragamnya praktik-praktik pengelolaan sampah yang dapat menjadi strategi menyukseskan NTB Zero Waste.

“Di dalam acara ini, ada 40 pihak yang terlibat, yaitu komunitas, sekolah, dan kelompok yang memiliki strategi tersendiri untuk mengelola sampah di tempatnya masing-masing. Saya melihat bahwa 40 pihak tersebut telah dapat menjadikan sampah sebagai sumber daya utama untuk mencukupi kehidupan,” ungkap Julmansyah.

Julmansyah memilih banyak jenis tata kelola sampah agar masyarakat yang hadir dapat melihat dan meniru aneka jenis pengelolaan sampah yang ada di dalam Gebyar Pilah Sampah. Ia mengharapkan agar spirit mengenai sampah adalah sumber daya dapat ditularkan kepada masyarakat luas.

Disinggung mengenai keterlibatan siswa-siswi di Gebyar Pilah Sampah, Julmansyah menjawab, siswa-siswi yang hadir di dalam Gebyar Pilah Sampah kelak akan menjadi dewasa. Dengan pengetahuan yang benar soal tata kelola sampah, maka siswa-siswi tersebut akan menjadi orang tua yang dapat mengajarkan soal penanganan sampah yang baik di masa depan. Dinas LHK NTB telah mengarahkan agar siswa-siswi di NTB dapat bermitra dengan Bank Sampah yang ada di sekitar sekolahnya.

“Kami mengharapkan agar gerakan pemilahan sampah berbasis sekolah dapat menjadi hal yang baik dan ditiru oleh masyarakat NTB. Dengan melibatkan 3000 siswa-siswi, saya mengharapkan gaung dari Gebyar Pilah Sampah dapat menyebar hingga ke daerah yang paling jauh di NTB, atau daerah-daerah yang belum data mengikuti acara,” pungkas Julmansyah. (GSR)

Exit mobile version