Mengenal Politisi Gelora asal Sumbawa, H. Yadi Surya Diputra : Dibesarkan Guru, Keliling Dunia Belajar Peradaban (1)

Mataram (NTB Satu) – Politisi Partai Gelora, H. Yadi Surya Diputra, S.Sos.I, MA muncul sebagai tokoh muda yang turut mewarnai dinamika Politik di Sumbawa, NTB dan Nasional. Ketertarikannya di dunia politik hingga memutuskan diri menjadi Bakal Calon Anggota DPR RI, tidak didasari keinginan berkuasa, tapi lewat riset perdaban dunia yang diselami lewat perjalanan karir dan kehidupannya.

Siapa Hadi Surya Diputra?. Berikut ulasan singkat ntbsatu.com.

Menghabiskan masa mudanya dari Pesantren ke Pesantren, menjajal bangku belajar di Jogjakarta dan Taiwan. Hari-hari dalam hidupnya dihabiskan dengan menziarahi tempat-tempat bersejarah yang suci dan jauh dari Samarkand dan Kasablanka, negeri para Wali di Uzbekistan dan Maroko.

Ia menjelajah tiap jengkal tanah Yordania negeri para Nabi hingga ke Laut Mati dekat Tepi Barat Palestina.

Menziarahi Kazakstan dan Tajikistan negeri para Ilmuan dan Saintis Islam. Menikmati buku- buku koleksi perpustakaan Timbuktu di Mali Afrika.

Mendalami mazhab Ibadi di Muskat Oman dan jejak kajayaan Khilafah di Turki. Menapak tilasi jejak ulama Sumbawa Dea Malela di Tanjung Pengharapan Afrika Selatan.

Larut dalam kehidupan kota para filosuf dan ilmuan sosial di Prancis dan Jerman. Menyelami sejarah nusantara tempo dulu di Amsterdam Belanda dan Brussel Belgia. Mengintimasi jejak literasi peradaban demokrasi di Amerika Serikat dan Genewa Swiss. Melakukan studi penyelengaraan Pemilu di Rio De Janeiro dan Brazilia Brazil.

Ia juga berselancar ke Ashram-Ashram di India dan Kuil-Kuil di Jepang. Menginjakan kaki di bagian ujung utara Bumi, Kota Budaya Saint Petersburg Rusia dan bagian ujung selatan Bumi, Wellington dan Auckland di New Zealand. Hingga mengkhidmati jejak masa silam yang agung di Athena Yunani.

Yadi, demikian nama panggilan masa kecilnya yang ketika kuliah memilih menggunakan nama pena Poetra Adi Soerjo.

Ya, dia lebih umum dikenal dengan nama Suryo.

Ia menggunakan nama pena untuk menyamarkan identitas dalam menulis mengikuti jejak para penulis penulis besar seperti seperti Eric Arthur Blair, yang lebih dikenal dengan nama George Orwell. Atau Douwes Dekker yang dikenal dengan nama Multatuli.

Atau Henri Hendrayana Harris yang justru terkenal dengan nama Gol A Gong. Tere Liye yang bernama asli Darwis dan atau Andrea Hirata yang bernama asli Aqil Barraq Badruddin. Nama pena Poetra Adi Soerjo ia gunakan selain karena nama tersebut hanya otak atik dari nama aslinya juga karena ia sangat mengidolakan Tirto Adi Soerjo yang oleh Pramudya Ananta Toer disebut sebagai Sang Pemula.

Yadi adalah putra asli Sumbawa yang berasal dari Karang Seketeng Sumbawa. Lahir dari orang tua yang berprofesi sebagai Guru dan Guru Ngaji di kampungnya, Yadi tumbuh dalam lingkungan keluarga yang sangat agamis.

Ibunya bernama Rahmawaty, biasa dipanggil dengan nama Ibu Imok adalah seorang Guru Ngaji sekaligus Guru yang sangat lama mengabdi di SDN 12 Sumbawa Besar. Sementara ayahnya bernama Abdul Gani adalah pegawai Departemen Agama yang diperbantukan menjadi Kepala Sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Al Muttaqin Sumbawa hingga pensiun sebagai Pengawas Pendidikan Agama Islam MI di Kecamatan Batu Lante.

Jika berbicara pulang kampung, maka Yadi kecil pulang ke kampung Ayah dan Ibunya tempat keluarga besarnya berada. Ayahnya berasal dari Desa Batu Tering Kecamatan Moyo Hulu dan Ibunya dari Desa Pernek dan Lenangguar Sumbawa.

Yadi menghabiskan studi SD nya di sekolah sang Ibu yaitu SDN 12 Sumbawa Besar. Setelah tamat SD ia melanjutkan pendidikan di Pesantren Al Ikhlas Taliwang, yang meskipun tak tamat, ia dipercaya menjadi Ketua Bidang Kerjasama Pengurus Pusat Ikatan Alumni Pesantren Al Ikhlas (IKPI), Taliwang, Sumbawa Barat. Selepas mondok ia melanjutkan pendidikan di MTSn Sumbawa Besar dan SMA di SMUN 1 Sumbawa Besar. Masa kuliah ia habiskan di Jogjakarta.

Sembari mondok di Pesantren Mahasiswa Minhajul Muslim Sapen, ia menempuh kuliah di dua tempat sekaligus. Yaitu IAIN Sunan Kalijaga Jogjakarta dan menjadi mahasiswa jalur Pemilihan Bibit Unggul Daerah (PBUD) di Jurusan Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta. Tanpa jeda ia langsung melanjutkan studi S2 di Magister Ilmu Politik dan Pemerintahan Konsentrasi Politik Lokal dan Otonomi Daerah Universitas Gajah Mada Yogyakarta. (ADH)

Exit mobile version