Ada Degradasi Lingkungan di NTB, Jumlah Tampungan Air Harus Ditingkatkan

Mataram (NTB Satu) – Sebagai daerah yang memiliki lahan pertanian cukup besar, Provinsi NTB harus menyediakan air dengan jumlah banyak. Oleh karena itu, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) NTB melalui bidang Sumber Daya Air telah menyiapkan program peningkatan jumlah tampungan air di NTB.

Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas PUPR NTB, Lalu Kusuma Wijaya S.T., M.T., mengatakan, degradasi lingkungan di NTB cukup masif, terutama di daerah-daerah hulu sungai. Ia memaparkan, pada daerah-daerah hulu sungai terjadi konversi-konversi lahan berupa kawasan hutan yang mulai menyempit.

“Salah satu bentuk konversinya adalah lahan yang tidak semestinya digunakan untuk bertani, dipakai sebagai lahan pertanian. Peristiwa semacam ini, tentu akan berpengaruh terhadap jumlah ketersediaan air. Maka dari itu, kami membutuhkan sejumlah strategi untuk menahan air,” ujar Wijaya ditemui NTB Satu di ruang kerjanya, Jumat, 27 Januari 2023.

Terkait lahan-lahan yang mulai menyempit, Wijaya menjelaskan, apabila lahan-lahan yang tersedia tidak dapat menampung, maka air akan sepenuhnya mengalir menuju laut tanpa pernah dimanfaatkan untuk kebutuhan pengairan.

Maka dari itu, sebelum air menuju laut, Wijaya membuat penampungan – penampungan yang dapat menunjang proses pertanian dan lain-lain. Program tersebut dibuat untuk memaksimalkan air yang telah ditampung.

“Harus diketahui bahwa hutan sebenarnya adalah bendungan raksasa. Walaupun fungsinya sama, bendungan-bendungan yang dibuat manusia tidak akan pernah dapat menandingi daya tampung air pada hutan. Sembari pemerintah mengerem pembabatan hutan, kami akan membuat tampungan-tampungan air yang dapat dimanfaatkan banyak pihak,” jelas Wijaya.

Saat ini, telah terdapat 13 bendungan di NTB. Menurut Wijaya, bendungan – bendungan tersebut dapat menggantikan sementara fungsi hutan untuk menampung air. Maka dari itu, ia sangat berharap agar kondisi hutan yang ada di NTB dapat kembali seperti sedia kala, yaitu dapat menampung air secara maksimal dan menjadi sumber air yang optimal.

Apabila kondisi hutan-hutan dapat kembali seperti sedia kala, bendungan tetap memiliki fungsi. Bendungan yang menampung air dapat terus berfungsi, salah satunya sebagai wahana pembangkit listrik. Energi-energi listrik dapat diganti dengan energi baru dan terbarukan.

“Sampai sekarang, kami memang belum bisa memanfaatkan air sebagai pembangkit listrik secara maksimal. Karena, saat ini, bendungan masih difungsikan sebagai lahan irigasi,” terang Wijaya.

Pembuatan-pembuatan embung yang tersebar di berbagai daerah NTB berfungsi untuk meningkatkan jumlah tampungan air. Jumlah tampungan air mesti terus ditingkatkan untuk menjaga produktivitas lahan.

“Kalau kondisi air yang ditampung cukup bersih, tidak menutup kemungkinan bahwa masyarakat dapat meminum air tersebut,” pungkas Wijaya. (GSR)

Exit mobile version