Inflasi NTB pada 2022 Melebihi Target

Mataram (NTB Satu) – Inflasi di NTB pada tahun 2022 melebihi target. Kenaikan inflasi ini disebabkan oleh tingginya harga-harga kebutuhan.

Sepanjang tahun 2022, NTB menargetkan inflasi sebesar 3 persen plus minus. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi gabungan sepanjang 2022 sebesar 6,23 persen.

“Termasuk tinggi (kenaikan inflasi), targetnya 3 plus minus,” kata Kepala BPS Provinsi NTB, Drs. Wahyudin, MM, Senin, 2 Januari 2022.

Dari rilis bulanan yang disampaikan BPS, keadaan pada Bulan Desember 2022, inflasi year on year (y-on-y) Gabungan Dua Kota (Kota Mataram dan Kota Bima) sebesar 6,23 persen, atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 105,97 pada Bulan Desember 2021 menjadi 112,57 pada Bulan Desember 2022.

“Angka inflasi ini lebih tinggi dibanding angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 5,51 persen,” kata Wahyudin.

Untuk wilayah Nusa Tenggara Barat, Kota Mataram mengalami inflasi y-on-y sebesar 6,18 persen dan Kota Bima mengalami inflasi y-on-y sebesar 6,39 persen. Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan dengan kenaikan indeks pada Kelompok Transportasi sebesar 22,36 persen.

Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau sebesar 6,62 persen; Kelompok Perlengkapan, Peralatan dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga sebesar 3,92 persen. Kelompok Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran sebesar 3,81 persen.

Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya sebesar 3,66 persen. Kelompok Pakaian dan Alas Kaki sebesar 3,13 persen. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga sebesar 2,94 persen.

Kelompok Pendidikan sebesar 2,47 persen; Kelompok Rekreasi, Olahraga, dan Budaya sebesar 1,89 persen. Kelompok Kesehatan sebesar 0,89 persen. Sedangkan penurunan indeks terjadi pada Kelompok Informasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan sebesar 0,76 persen.

Wahyudin menambahkan, tingginya inflasi ini tentu berdampak kepada masyarakat miskin. Apalagi kelompok masyarakat yang tidak mengalami kenaikan pendapatan di tengah naiknya harga-harga.

Berbagai upaya sudah dilakukan pemerintah daerah untuk menekan inflasi. Misalnya operasi pasar dengan menyediakan kebutuhan dengan harga rendah.

“Sifatnya kan temporer. Kalau konsisten dilakukan dan terus menerus, bisa (inflasi ditekan). Yang paling berat merasakan karena kenaikan inflasi ini ya masyarakat miskin. Karena itu, harus jadi catatan,” pungkas Wahyudin. (ABG)

Exit mobile version