Mataram (NTB Satu) – Vanili diketahui adalah adalah tanaman penghasil bubuk vanili yang biasa dijadikan pengharum makanan. Bubuk ini dihasilkan dari buahnya yang berbentuk polong.
Vanili digunakan sebagai bumbu olahan yang hampir digunakan di seluruh dunia. Mulai dari bahan untuk membuat es krim, saus, makanan penutup, dan minuman.
Dikarenakan produksinya yang sulit, Vanili termasuk rempah paling mahal di dunia.
Vanili juga bisa tumbuh subur di NTB, terutama daerah-daerah yang berhawa sejuk. Karena vanili adalah tanaman tumpang sari, budidayanya bisa dilakukan dibawah pohon-pohon lainnya.
Saat ini, Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB berkomitmen meningkatkan produksi vanili di Nusa Tenggara Barat. Komoditas perkebunan ini memiliki peluang pasar ekspor yang sangat terbuka untuk terus dikembangkan.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB, Dr. Fathul Gani, M. Si melalui Kepala Bidang Perkebunannya, H. Rifai menyampaikan fakta budidaya vanili di Nusa Tenggara Barat saat ini. luas areal tanam saat ini tercatat 277,93 hektar.
Tersebar di Lombok Utara 63,48 hektar, Lombok Barat 103,72 hektar. Lombok Timur 97,50 hektar. Sumbawa Barat 2 hektar. Sumbawa 3,63 hektar. Dan Dompu 7,60 hektar. Dari luas areal tanam angka tetap ini, 89,70 hektar lahan belum menghasilkan. 114,73 hektar sudah menghasilkan. 73,50 hektar tanaman rusak.
“Total produksi setahun baru 36,99 ton setahun vanili sudah kering. Rata-rata saat ini produksi 322,41 Kg perhektar. Sementara ini , jumlah KK yang melakukan budidaya vanili sebanyak 964 KK,” jelas Rifai.
Menurutnya, potensi vanili yang ada saat ini terbilang cukup luas, dilihat dari potensi perkebunan di NTB. dari lahan vanili eksisting, masih besar peluang untuk ditingkatkan produktivitasnya. Karena itu, sentuhan dari pusat, provinsi dan kabupaten ini yang akan dimaksimalkan.
Dengan melihat kondisi ini, lanjut Rifai, Dinas Pertanian Perkebunan NTB melakukan intervensi salah satunya dari keterbatasan sumber benih. Meskipun banyak sumber benih dari masyarakat, namun tidak tersertifikasi.
“Tidak bisa dibilang produksinya bagus selama belum disertifikasi oleh pemerintah,” ujarnya.
Tahun 2023 nanti, Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB dialokasikan anggaran untuk menyediakan 1 hektar kebun induk vanili. Dalam dua atau 3 tahun ke depan, kebun induk ini akan menjadi sumber bibit vanili untuk masyarakat.
Sehingga provitas vanili yang saat ini hanya 322 Kg perhektar, dengan menggunakan varietas unggul yang sudah disertifikasi, bisa ditingkatkan produksi menjadi 1 ton, atau 1,5 ton produksi pertahun perhektar.
“Tapi dengan menggunakan bibit yang unggul. Sehingga pemerintah provinsi menata dari hulunya. Kebun benih ini nanti disertifikasi, terjamin mutu, untuk dikembangkan di masyarakat,” katanya. (ABG)