Mataram (NTB Satu) – Sekolah Abata Lombok berkomitmen mendidik siswanya memiliki budi pekerti luhur. Hal itu dituangkan dalam berbagai program, yang diterapkan ke seluruh jenjang pendidikan, mulai dari tingkat TK hingga SMA.
Kepala Taman Kanak-kanak (TK) Abata Ina Fitria mengatakan, program ini dilaksanakan oleh seluruh siswa-siswi yang jumlahnya lebih dari 250 anak.
Dalam mendidik siswanya, Sekolah Abata Lombok mengacu pada sembilan pilar yang tertuang di Indonesia Heritage Foundation (IHF).
Di antaranya, cinta tuhan dan segenap ciptaanNya; mandiri, disiplin dan tanggung jawab; jujur, amanah, dan berkata bijak; hormat, santun dan pendengar yang baik.
Kemudian, dermawan, suka menolong dan kerja sama; percaya diri, kreatif dan pantang menyerah; pemimpin yang baik dan adil; baik dan rendah hati; toleran, cinta damai dan bersatu.
“Sembilan pilar ini harus kami ajaran kepada anak-anak yang diselipkan materinya saat melakukan kegiatan literasi dan aktivitas lainnya,” ujarnya tidak lama ini.
Hal tersebut juga didukung oleh program yang lain, seperti secret garden. Sekolah menyiapkan sejumlah kegiatan rahasia, misalkan selama di sekolah guru akan menyamar jadi tukang sapu atau melakoni peran yang sibuk membawa buku berat hingga cara lainnya.
“Saat guru berperan seperti itu, anak akan berpikir apakah guru akan ditegur atau tidak, atau pada saat gurunya sibuk, akan dibantu atau tidak,” ujarnya.
Masih kata Ina, saat anak-anak masuk ke secret garden, barulah mereka tahu bahwa orang yang mereka tegur atau dibantu tadi adalah gurunya.
Tujuannya, menanamkan kepekaan siswa Sekolah Abata Lombok, melatih mereka untuk saling tolong menolong dan rendah hati.
Berikutnya, ada program Parent’s Day. Seperti namanya, siswa akan melalui satu hari menyenangkan bersama orang tua.
“Kami putar video keseharian orang tua, apa pekerjaan mereka dan hal lainnya, agar memotivasi anak-anak ini melihat semangat orang tuanya yang terus bekerja demi pendidikan,” jelasnya.
Agar orang tua tetap memantau tumbuh kembang sang buah hati, pihak sekolah membuat laporannya yang dituang di dalam communication book.
“Di buku itu, guru menuangkan semua materi yang diajarkan kepada siswa di setiap harinya,” terangnya.
Fungsinya, meski orang tua sibuk bekerja, mereka mengetahui apa yang dilakukan anaknya selama di sekolah.
Dengannya, pihak Sekolah Abata Lombok selalu membuka ruang diskusi terkait hal tersebut sehingga orang tua bisa membaca dan mengetahui perkembangan anaknya.
“‘Oh anak saya bagus ini, yang kurang ini, yang harus bantu bunda gurunya ya ini,’ orang tua bisa melihatnya di buku itu dan kami tetap berdiskusi kalau ada kendala,” paparnya.
Untuk mengukur bahwa anak tersebut memiliki budi pekerti luhur, pihak sekolah telah menyediakan dokumen Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA).
Memuat lima hal yang harus dinilai di antaranya, agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, dan terakhir sosial-emosional.
Indikatornya Belum Berkembang (BB), Masih Berkembang (MB), Berkembang Sesuai Harapan (BSH), dan Berkembang Sangat Baik (BSB).
Kedepannya, Sekolah Abata Lombok akan terus menyusun berbagai program, yang muaranya untuk peningkatan pendidikan karakter anak.
“Kami akan terus menggandeng orang tua, supaya kita dari lembaga pendidikan bersama-sama mendidik anak-anak ini,” tutupnya. (RZK)