Mataram (NTB Satu) – Jumlah korban yang telah meninggal akibat kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur sampai dengan Minggu, 2 Oktober 2022 sore berjumlah 187 orang, mulai dari balita hingga orang dewasa. Diduga, kerusuhan tersebut terjadi lantaran pendukung Arema tidak menerima kekalahan atas Persebaya dengan skor 2-3.
Menanggapi kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang, Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI) NTB, H. Mori Hanafi mengatakan, sangat prihatin, kaget, dan sangat sedih. Menurutnya, fenomena yang terdapat di Stadion Kanjuruhan Malang tidak perlu terjadi.
“Apalagi, di tengah euforia sepak bola Indonesia yang sedang merangkak untuk bangkit,” ungkap Mori, dikonfirmasi NTB Satu, Minggu, 2 Oktober 2022 sore.
Mori menerangkan, kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang adalah ulah dari beberapa suporter yang melampiaskan kekesalan lantaran yang tim yang didukung kalah. Wasit pun tidak melakukan kesalahan dan telah bertindak profesional. Menurut Mori, kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang mestinya dapat dihindari.
“Kejadian yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang sangat tidak masuk akal,” ujar Mori.
Lebih lanjut, Mori mengharapkan agar kejadian serupa tidak terjadi kembali. Sebab, kejadian tersebut adalah peristiwa paling buruk selama terjadinya kejuaraan sepak bola di Indonesia.
“Sekarang terdapat instruksi untuk mengibarkan bendera setengah tiang. PSSI NTB pun akan melakukan hal itu. Sebab, apa yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang adalah tragedi nasional,” papar Mori.
Selanjutnya, pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) NTB ini berharap agar kejadian yang di Malang tidak terjadi di NTB.
Berkaca dari apa yang terjadi di Malang, ke depannya Mori akan terus meningkatkan sektor keamanan penyelenggaraan pertandingan sepak bola di NTB. Mori menegaskan, PSSI NTB tidak akan mengambil risiko sekecil apapun.
“Lapangan mesti disterilkan agar tidak dimasuki oleh oknum-oknum seperti yang di Stadion Kanjuruhan Malang. Walaupun setelah pertandingan selesai, lapangan tetap harus steril,” jelas Mori.
Disinggung mengenai teknis pelaksanaan Liga III di NTB, Mori menjawab masih terkendali. Namun, demi menghindari kejadian seperti di Malang, Mori menekankan mesti meningkatkan kewaspadaan tingkat tinggi.
“Mengingat, fanatisme sepak bola memang besar,” pungkas Mori.
Sebelumnya, para pendukung Arema tidak menerima kekalahan tim yang mereka yang dukung. Setelah pertandingan berakhir pada Sabtu, 1 Oktober 2022 malam, pendukung Arema sontak turun ke lapangan, merusak berbagai benda yang ada di lapangan serta membakar mobil polisi
Namun, menurut keterangan tim kedokteran, rata-rata, korban yang meninggal disebabkan terpapar racun gas air mata. Selain itu, tim kedokteran menduga korban akan terus bertambah lantaran masih banyak yang ditangani di Rumah Sakit Malang. Padahal, mengutip regulasi yang diberlakukan oleh FIFA tentang Stadium Safety and Security, pada pasal 19 dijelaskan bahwa penggunaan gas air mata dan senjata api tidak diperkenankan dalam mengamankan stadion. (GSR)