Mitos Embung Bidadari Dipercaya Masyarakat, Sosiolog: Pengaruh Era Digital

Mataram (NTB Satu) – Fenomena mengenai Embung Bidadari dan mitos yang menyertainya turut ditanggapi oleh sosiolog asal Universitas Mataram, Arif Nasrullah.

Belakangan ini, masyarakat Pulau Lombok dibikin heboh dengan anggapan adanya kolam sakti yang disebut sebagai Embung Bidadari. Konon katanya, Embung Bidadari dipercaya dapat menyembuhkan segala jenis penyakit.

Menurut Arif, fenomena Embung Bidadari tidak dapat dilepaskan dari pengaruh era digital. Saat ini, masyarakat selalu mendapatkan informasi dari berbagai platform digital, termasuk mengenai mitos yang menyertai Embung Bidadari. Dengan informasi yang diperoleh, masyarakat mencoba berendam di Embung Bidadari dengan harapan sembuh dari penyakit.

“Dalam menyikapi fenomena-fenomena seperti Embung Bidadari, perintah dari pemerintah sering muncul terlambat. Apabila suatu tempat telah ramai dan viral, barulah diperiksa,” ungkap Arif, dihubungi NTB Satu, Sabtu, 27 Agustus 2022.

Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat Indonesia memang lebih banyak percaya terhadap mitos. Arif menerangkan bahwa hal tersebut sungguh sebuah permasalahan. Embung Bidadari yang tidak sehat telah viral, kemudian diperkeruh dengan testimoni dari seseorang.

“Kemudian, sugesti masyarakat juga akhirnya makin kuat,” terang Arif.

Terlepas apakah terdapat orang-orang yang sembuh, pemerintah harus membuat masyarakat makin sadar terhadap dampak yang akan diperoleh bila mandi dan konsumsi air berbahaya pada Embung Bidadari.

“Setelah melakukan pengujian, kini saatnya pemerintah melakukan edukasi kepada masyarakat. Manfaatkanlah puskesmas dan kader-kader posyandu di daerah setempat supaya dapat mengedukasi masyarakat. Tapi, jangan terlalu frontal, supaya kesan pemerintah tidak jelek karena di sana sedang terdapat aktivitas perputaran ekonomi,” jelas Arif.

Lebih lanjut, Arif menyarankan agar pemerintah memperbanyak informasi melalui media sosial tentang ancaman bahaya yang dipendam oleh air di Embung Bidadari.

“Karena, masyarakat banyak menggunakan media sosial, terlebih jika dapat disertakan dengan hasil penelitian,” pungkas Arif. (GSR)

Exit mobile version