Tak Penuhi Persyaratan, 447 Siswa SMA di NTB Tidak Lulus

Mataram (NTB Satu) – Sebanyak 447 siswa kelas XII SMA di NTB teridentifikasi tidak lulus pada tahun ajaran 2021/2022. Penyebabnya diduga para siswa tersebut tidak pernah mengikuti proses pembelajaran.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) NTB, Dr. H. Aidy Furqan M.Pd., mengatakan, 447 siswa yang tidak lulus diduga tidak memenuhi persyaratan kelulusan yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah. Para siswa yang tidak lulus diketahui tidak pernah memberitahu alasan mereka tidak pernah mengikuti proses pembelajaran.

“Siswa SMA di NTB berjumlah 24.000. Saat ini kami tengah mencari solusi dan penyebab kenapa mereka tidak bersekolah,” ungkap Aidy, ditemui NTB Satu di ruang kerjanya, Selasa, 7 Juni 2022.

Siswa tidak lulus sekolah dibagi menjadi tiga kategori: Drop Out, Putus. Terakhir, dan Anak Tidak Sekolah. Drop Out memiliki arti gagal menamatkan sekolah. Sedangkan, Putus adalah berhenti sekolah. Lalu, Anak Tidak Sekolah dipastikan tidak memiliki ijazah.

“Kategori anak tidak sekolah adalah kelas yang paling berat. Sebab, kami harus terus memotivasi mereka agar mau menamatkan sekolah,” ujar Aidy.

Nantinya, apabila terdapat siswa tidak bersekolah namun ingin mendapatkan ijazah, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTB telah menyiapkan program Sekolah Terbuka. Program tersebut, dinilai dapat menjadi solusi bagi para siswa yang tidak memiliki ijazah.

“Saya tidak ingat mengenai jumlah tepat siswa yang tidak lulus pada 2020-2021. Setahu saya, angka tidak lulus pada tahun ajaran 2021-2022, jauh lebih besar daripada 2020-2021,” tutur Aidy.

Di tahun ajaran 2022-2023, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTB bakal menyiapkan program Sekolah Alam. Program tersebut, diharapkan dapat membantu sejumlah siswa yang terpaksa meladang dan meninggalkan proses bersekolah. Program Sekolah Alam bakal berjalan dengan kebijakan-kebijakan tertentu.

“Bila meladang membuat terpaksa tidak sekolah, maka alpa yang didapatkan bakal pengaruhi proses kenaikan kelas. Sedangkan, intensitas kehadiran siswa harus sebesar 80 persen bila ingin naik kelas,” pungkas Aidy. (GSR)

Exit mobile version