Mataram (NTB Satu) – Event bersekala internasional seperti MotoGP Mandalika nampaknya belum mampu mengungkit usaha hiburan di destinasi wisata legendaris, Senggigi Kabupaten Lombok Barat. Bahkan jumlah usaha hiburan yang eksis terus berkurang.
Saat ini tersisa kurang dari 50 persen, kata Ketua Asosiasi Pengusaha Hiburan (APH) Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, Suhermanto di Mataram, Selasa 17 Mei 2022. Tahun 2018 kebawah, jumlah usaha hiburan di Senggigi sebanyak 27 usaha. Saat ini, tersisa hanya 12 yang masih eksis.
Usaha hiburan di Senggigi, mulai terpukul setelah terjadinya bencana gempa di Lombok, pada semester II tahun 2018 lalu. Saat itu sektor pariwisata mulai menurun. Keadaan kemudian diperparah lagi oleh pandemi Covid-19 yang mulai merebak sejak awal 2020 di Indonesia.
Selama dua tahun dunia terkungkung karena pandemi ini, sektor pariwisata yang sangat merasakan dampaknya. Terlebih di NTB, yang sepertinya dua kali mendapatkan pupukan telak (gempa dan Covid-19).
Akhir tahun 2021 mulai terlihat pandemi melandai, menyusul awal tahun 2022 hingga dilaksanakannya event internasionam MotoGP di Sirkuit Mandalika pada bulan Maret.
“Dampak MotoGP ada, tapi kecil. Dan tidak langsung ke usaha hiburan,” kata Suhermanto.
Menggairahkan usaha hiburan harus dengan menghidupkan kembali Senggigi. Menurut Suhermanto, Senggigi tidaklah begitu menarik bagi wisatawan. Tidak ada perubahan penampilan yang signifikan.
“Apa yang mau dicari sama wisatawan. Wajah Senggigi dari 20 tahun lalu sampai sekarang hampir tidak ada perubahan. Tidak ada yang menarik bagi wisatawan,” katanya.
Menurutnya, harus ada wajah baru Senggigi. Salah satunya yang diusulkan adalah Pasar Seni Senggigi dikonsep kembali. APH Senggigi mengusulkan agar pasar seni yang berdiri diatas lahan Pemprov NTB ini diserahkelolakan.
Sekitar satu hektar lahan tersebut, Pemprov menyerahkelolakan kepada pihak ketiga. Pasar Seni Senggigi menurutnya semrawut. Apalagi lokasi parkirnya yang tidak beraturan. Posisi pasar seni yang lebih rendah dibanding badan jalan ini membuatnya menjadi tidak terlihat.
“Kami usulkan diratakan saja pasar seni itu, atau dibuat lebih tinggi dari jalan. Nanti dibuat seperti panggung atraksi. Pemandangannya pantai. Dibuatkan anak tangga di bibir pantai. Disana bisa dibuat kegiatan-kegiatan hiburan (hiburan dalam arti positif),” katanya.
Daripada, dengan kondisinya saat ini yang mungkin hasilnya tidak sebanding nilai asetnya. Dengan adanya tempat atraksi, diharapkan ada sesuatu yang menarik yang akan didapatkan oleh wisatawan untuk berkunjung ke Senggigi.
“Kalau ada hal menarik yang dilihat wisatawan. Usaha apapun ikutan yang ada di Senggigi, pastinya akan hidup kembali,” demikian Suhermanto.(ABG)