Mataram (NTB Satu) – Selama bulan Ramadan, selain dipenuhi oleh pedagang kaki lima, Taman Sangkareang juga diisi Kafe Literasi Keliling yang diinisiasi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi NTB. Keberadaan Kafe Literasi Keliling dinilai sebagai gerakan penting untuk menggerakkan geliat diskusi dan sirkulasi pengetahuan mengenai buku.
Salah seorang pengunjung Kafe Literasi Keliling, Nur Lailatul Qadariah mengatakan, program Kafe Literasi Keliling mampu menumbuhkan minat baca di segala usia. Selain itu, Lailatul merasa bersyukur lantaran semakin mudah dalam mengakses buku.
“Sejujurnya, ini adalah kali pertama saya berkunjung ke Kafe Literasi. Agak rugi, sih, karena saya baru tahu sekarang kalau ada program seperti ini. Sebab, saya ini suka baca, tetapi kadang sering bosan kalau hanya mengakses buku di perpustakaan. Dengan adanya Kafe Literasi ini, saya merasa dapat sensasi baru ketika ingin membaca buku,” ungkap Lailatul, ditemui NTB Satu di Taman Sangkareang, Rabu, 13 April 2022.
Menurut Lailatul, Kafe Literasi sudah banyak menyediakan buku dengan kategori yang berbeda-beda. Hanya saja, ia menyarankan agar Dinas Perpustakaan dan Kearsipan NTB di luar bulan Ramadan nanti menyiapkan berbagai kudapan untuk membuat betah para pengunjung.
“Pilihan Kafe Literasi untuk melapak di Taman Sangkareang sangatlah tepat. Karena, Taman Sangkareang banyak dikunjungi oleh semua segmen. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, bahkan orang tua,” ucap Lailatul.
Sementara itu, staf Kafe Literasi, Rajab Juniardi menceritakan pengalamannya selama berkeliling untuk menjajakan buku di banyak daerah. Ia menemukan, selera bacaan kerap dipengaruhi oleh aspek lingkungan per masing-masing orang.
“Misalnya, saya pernah ke pondok pesantren. Di perpustakaan mereka, lebih banyak disediakan buku agama. Jadi, ketika kami datang, mereka meminta untuk dibawakan lebih banyak novel atau buku yang menceritakan kisah inspiratif,” cerita Juniardi.
Kemudian, Juniardi menerangkan, Kafe Literasi sudah berjalan sejak Desember tahun 2021. Dalam proses perjalanan itu, Juniardi telah menemukan banyak tipikal pembaca. Oleh karena itu, setiap memilih untuk dibawa ke daerah-daerah tertentu, Juniardi selalu melakukannya dengan teliti.
“Setiap melapak, kami membawa buku sebanyak 250 eksemplar dan itu judulnya dipilih tergantung ke tempat mana kami akan melapak. Biasanya ada yang pendidikan, komik, dan lain-lain,” pungkas Juniardi. (GSR)