Sesalkan Penyerangan Ponpes, MUI NTB : Mari Beragama dengan Moderat

Mataram (NTB Satu) – Majelis Ulama Indonesia (MUI) NTB angkat bicara terkait kejadian penyerangan salah satu Pondok Pesantren di Kecamatan Aikmel, Lombok Timur.

Kejadian Minggu 2 Januari 2022 lalu oleh sekelompok orang tak dikenal itu dianggap sebagai tindakan di luar batas.

Ketua MUI NTB, Prof. H. Saiful Muslim, M.M menyesalkan kejadian itu. Bahkan sudah menyampaikan imbauan agar masyarakat tidak main hakim sendiri.

Ia menyesalkan ketika ada masalah di lapangan, masyarakat menyelesaikan dengan cara yang brutal, membakar sejumlah fasilitas, seperti sekolah, tempat ibadah dan fasilitas lainnya.

Oleh karena itu, ia menghimbau kepada seluruh masyarakat NTB agar beragama dengan moderat dan berkepala dingin, supaya terhindar dari benturan antar sesama.

“Mari kita beragama dan berbangsa dengan moderat dan berkepala dingin. Jangan jadikan perbedaan sebagai alasan memusuhi kelompok lain,” tuturnya.

Terkait kejadian di Lombok Timur, pihaknya sudah mengeluarkan imbauan.

“Kami sudah keluarkan himbauan agar masyarakat NTB umumnya dan khususnya masayarakat Lombok Timur agar tidak main hakim sendiri,” tegas H. Saiful Muslim.

Masyarakat dimintanya tidak mudah terprovokasi dengan berita yang beredar sehingga menyebabkan kerugian banyak pihak. Jika ada permasalahan seharusnya dilaporkan ke pemerintah atau penegak hukum.

Lebih lanjut, Prof. Saiful mengatakan bahwa perbedaan paham adalah hal yang biasa terjadi dalam kehidupan beragama dan masyarakat. Tapi tentusaja harus menghindari konflik yang mengakibatkan kerusakan.

“Masyarakat jangan mudah terprovokasi. Kalau ada masalah laporkan ke pihak berwenang. Jangan melakukan pengerusakan lebih dulu baru Polisi dikasitahu,” sesalnya.

Kan perbedaan pendapat sering terjadi dalam kehidupan beragama. Masing-masing pihak punya pedoman, jadi kita harus saling menghargai,” sambungnya.

Kemudian ia menegaskan, masalah tidak bisa diselesaikan dengan cara-cara kekerasan dan merasa diri sebagai pihak yang paling benar. Masalah mestinya diselesaikan dengan cara-cara musyawarah dan kekeluargaan.

Dalam penyelesaian masalah itu, Ketua MUI NTB mengaku belum komunikasi dengan Ponpes tersebut, khususnya secara kelembagaan atau organisasi.

“Secara organisasi kami dan pihak Ponpes di sana belum pernah komunikasi. Mungkin secara individu pernah,” jelasnya.

Seperti diberitakan, kejadian peruskan tersebut diduga buntut dari menyebarnya potongan video yang mendiskreditkan sejumlah makam leluhur di Lombok. (DAA)

Exit mobile version