Potret Jembatan Raba Salo, Biang Banjir di Kota Bima yang Proyeknya Mandek

Mataram (NTB Satu) – Jembatan Rabasalo, proyek yang menjadi tanggungjawab Pemprov NTB pekerjaannya mandek. Berbulan bulan tidak ada progres pekerjaan, berdampak terhambatnya mobilitas masyarakat, bahkan macetnya perekonomian sekitarnya.

Jembatan yang jadi penghubung Kelurahan Penato’i dengan Kelurahan Penaraga ini ditutup sementara. Pengendara kemudian dialihkan ke Jalan Soekarno Hatta. Sedikit tidak, ini kemudian berdampak pada minimnya pendapatan pedagang di ruas jalan itu.

Muhammad Yusuf misalnya, pemilik warung nasi ini harus kehilangan omzet Rp 1 juta per hari setelah akses itu ditutup. Ia beberapa bulan terakhir merugi. “Sekarang maksimal bisa dapat omset Rp 100 ribu. Jelas saya rugi,” keluhnya.

Demikian juga dirasakan Candra, pemilik Warung Jawa tidak jauh dari Yusuf. Selama pandemi, pendapatannya menurun, semakin terjerembab dengan ditutupnya ruas jalan tersebut.

Jika dipersentasekan, saat pandemi covid-19 melanda, omsetnya 25 persen hilang. “Setelah jembatan ditutup, 75 persen hilang,” ungkap Candra.

Keduanya dan para pelaku usaha lain di ruas jalan itu berharap pemerintah daerah segera merampungkan proyek tersebut, sehingga pendapatan mereka pulih di masa pandemi.

Dokumentasi momen tim gabungan Pemkot Bima saat melakukan kegiatan rutin membersihkan jembatan. (ist_GA)

Jembatan Rabasalo posisinya strategis sebagai penghubung kendaraan yang masuk ke Kota Bima melalui Jalan Gajahmada. Di sisi lain, jembatan ini juga memperparah banjir bandang yang melanda Kota Bima Desember 2016 lalu.

Setelah banjir berlalu, jembatan ini kerap membuat sibuk masyarakat, lembaga sosial, para ASN Pemkot Bima, turun melakukan pembersihan material yang tersangkut di lorong jembatan.

Sebab konstruksi Beam Bridge memungkinkan material yang terbawa arus sungai seperti kayu, bambu, sampah, tersangkut di bawah jembatan. Hal itu kemudian mendorong Pemkot Bima melalui Asisten II bersurat ke Pemprov NTB agar mengubah konstruksi jembatan karena sudah tidak relevan dengan kondisi sungai.

Sementara pantauan di lokasi, pekerjaan perbaikan sudah dimulai dengan dirobohkannya bantalan jembatan. Tersisa tiang pancang yang masih tegak. Dua
alat berat dikerahkan melakukan pengerukan sedimen. Menurut pekerja, tahapan yang dilaukan belum masuk pada konstruksi, tapi persiapan pekerjaan dengan pengerukan.

Pengalihan arus akibat perbaikan jembatan. (NTB Satu_red)

Dihubungi terpisah terkait mandeknya proyek jembatan Raba Salo, Kepala Dinas PU Provinsi NTB, Ridwan Syah belum merespon saat dikonfirmasi ntbsatu.com.

Mengutip penjelasan Ridwan Syah di laman suarantb.com Senin 30 Agustus 2021, proyek belum bisa dikerjakan karena masih menunggu realisasi dana pinjaman pihak ketiga.

Sumber anggaran proyek tersebut dari skema Pemulihan Ekonomi Nasional (PIM), yakni pinjaman dari pihak ketiga, PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI).

Nilai pinjaman mencapai Rp 750 miliar, kemudian disisihkan Rp 250 miliar diantaranya untuk perbaikan 13 ruas jalan dan jembatan di Lombok Sumbawa, Raba Salo ada diantaranya.

Proyek Jembatan Raba Salo masuk paket 15 untuk Jalan Gajah Mada, Jalan Datuk Dibanta, Jembatan Raba Salo dengan total kebutuhan anggaran Rp36,007 miliar.

Tiga item proyek ini, total konstruksi 4,77 km ditangani lewat dana pinjaman PEN Daerah sebesar Rp14,739 miliar dan Rp21,268 miliar lewat APBD. (red)

Exit mobile version